Home Gaya Hidup Gudeg Kaleng, Solusi Ekspansi Kuliner Khas Yogyakarta

Gudeg Kaleng, Solusi Ekspansi Kuliner Khas Yogyakarta

Yogyakarta, Gatra.com - Sebagai masakan khas Yogyakarta, gudeg tidak menjadi pilihan pengusaha kuliner untuk dikembangkan di luar Yogyakarta karena terbatasnya bahan bakunya, yakni buah nangka. Kemasan dalam kaleng pun menjadi solusi jitu memperluas pasar gudeg.

"Gudeg pada dasarnya hanya mampu bertahan 24 jam. Melebihi waktu itu makanan ini akan basi," kata Manager Operasional Gudeg Yu Djum Citra Anindyto, Kamis (20/2).

Menjadi pembicara di acara 'Ngopi Bareng Paxel #NgobrolUKM', Citra menjelaskan usaha gudeg memiliki banyak keterbatasan untuk melebarkan sayap di luar DIY. Selain batas waktu simpan, gudeg juga harus menggunakan bahan khusus yaitu nangka muda dan ayam yang diperoleh di wilayah Yogyakarta demi mendapat cita rasa khas gudeg Yogyakarta.

Bukan hanya itu, gudeg juga harus dimasak oleh seorang berpengalaman atau ahli masak gudeg dari Yogyakarta. Namun membuka warung gudeg di luar Yogyakarta dengan 'koki' orang Yogyakarta juga perlu banyak pertimbangan, terutama biaya hidup. Kondisi ini memperumit rencana ekspansi usaha kuliner gudeg.

Menurut Citra, untuk mengatasi keterbatasan itu, manajemen Gudeg Yu Djum memutuskan untuk mengemas gudeg Yogyakarta dalam kaleng sejak tiga tahun lalu. Melalui proses ketat pengalengan, gudeg dalam kemasan ini mampu bertahan hingga satu tahun dan tetap aman dikonsumsi.

"Hasilnya, ekspansi kami tidak hanya nasional, namun sudah menembus Belanda, Suriname, dan beberapa negara Asean. Ternyata pasar penikmat gudeg cukup besar di luar negeri," katanya.

Citra menjelaskan, selama satu bulan, Gudeg Yu Djum mampu menjual 5000-8000 kaleng. Namun jumlah itu belum melampaui jumlah pembeli yang datang langsung ke warung Yu Djum di Yogyakarta dan memesan gudeg ala paket tradisional di besek atau kendil.

Alhasil untuk menjawab permintaan pasar tradisional ini, Citra menyatakan, Gudeg Yu Djum membutuhkan jasa perusahaan ekspedisi yang cepat, aman, dan mampu menjaga produk sampai di tangan pelanggan.

"Paxel merupakan pilihan utama kami karena mampu mengirimkan gudeg kurang dari 24 jam ke 12 kota se-Jawa-Bali. Kemasan tradisional Rp35 ribu-Rp75 ribu masih dipilih pembeli luar kota karena menawarkan keotentikan penjualan gudeg," jelasnya.

Untuk kemasan kaleng, Citra menuturkan kebanyakan pembeli adalah generasi milenial yang ingin praktis dan menyimpan gudeg lebih lama agar bisa dinikmati kapan dan di mana saja. Menurutnya, saat ini generasi muda amat menggemari gudeg pedas.

Head of Brand Communication Paxel, Bonita Megaputri, mengatakan, setiap minggu ada 250 pesanan Gudeg Yu Djum yang mayoritas dari area Jabodetabek, Semarang, dan Bandung.

"Kecepatan pengiriman Paxel  memungkinkan makanan seperti Gudeg Yu Djum dipesan pagi dan sampai malam hari. Ini banyak membantu dan dimanfaatkan oleh UKM makanan," katanya.

Dengan pengiriman pesanan lebih cepat ini, perputaran ekonomi UKM juga lebih cepat tanpa perlu pusing membuka cabang di luar kota.

Hadir sejak dua tahun lalu, Paxel kini melayani 12 kota di Jawa dan Bali. Mulai tahun ini, jasa antar ini melayani beberapa kota di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Menurut Bonita, bisnis kuliner lokal yang ingin dinikmati warga di luar wilayah tersebut tidak akan mati.

"Setiap orang pasti memiliki keinginan menikmati masakan lokal tempat asalnya. Saat mereka tidak bisa pulang kampung, kami memberikan solusi," ujarnya.

906