Home Hukum Ansel Wora Mati Wajar, Keluarga Tak Terima, Garda ke Jokowi

Ansel Wora Mati Wajar, Keluarga Tak Terima, Garda ke Jokowi

Kupang, Gatra.Com -- Dugaan pembunuhan terhadap Ansel Wora (40), pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Ende 31 Oktober 2019 lalu di Dusun Ekoreko, Desa Rorurangga, Kecamatan Pulau Ende tidak terbukti. Kepada wartawan saat konferensi Pers ( 21/2), Dirkrimum Polda NTT Kombes Yudi Sinlaeloe menjelaskan setelah melalui penyelidikan yang memakan waktu 4 bulan akhirnya dugaan pembunuhan terhadap Ansel Wora tidak dapat dibuktikan.

Dalam ajang konferensi Pers ini hadir pula dua orang dokter Forensik Mabes Polri yakni dr. Ni Luh Putu Eny Astuty, Sp dan dr. Arif Wahyono, Sp.F. Selain itu ikut hadir beberapa perwakilan keluarga almarhum Ansel Wora antaranya Hendrik Seni dan Blasius Raja.

“Berdasarkan hasil gelar perkara merekomendasikan bahwa dugaan tindak pidana pembunuhan dengan korban Ansel Wora yang ditemukan meninggal dunia pada Kamis, 31 Oktober 2019, dapat dihentikan karena tidak cukup bukti ,” kata Kombes Yudi A.B. Sinlaeloe..

Namun lanjut Kombes Yudi Sinlaeloe bahwa kasus tersebut tetap akan dibuka kembali sejauh ada bukti baru. “Kami membuka diri bagi pihak keluarga, yang apabila ingin membuka kembali penyidikan silahkan kirimkan bukti-bukti kepada kami sehingga kami dapat membantu. Kami minta semua pihak termasuk perwakilan keluarga yang hadir ini jika ada info tolong sampaikan kepada kami, kapan saja ,” jelas Kombes Yudi Sinlaeloe.

Kombes Yudi juga menepis isu bahwa ada muatan kepentingan dalam dugaan kematian Ansel Wora ini. Karena pada malam sebelum kejadian ada oknum penting yang memerintahkan Ansel Wora menyeberang ke Pulau Ende untuk memperbaiki sebuah mobil yang rusak. “Kami obyektif dalam menangani kasus ini. Kami tidak punyai kepentingan apapun dalam kasus kematian Ansel Wora ini. Selain tidak ada alat bukti pendukung juga keterangan tim ahli forensik. Saya harap keluarga yang hadir ini memahami ,” tegas Kombes Yudi Sinlaeloe.

Karena dalam penyidikan kasus kematian Ansel Wora ini papar Kombes Yudi Sinlaeloe, pihaknya bekerja sama dengan telkomsel. “Hasil analisa call data record nomor handphone para saksi dari Telkomsel dan cloning handphone tidak ditemukan percakapan yang mencurigakan antara para saksi baik sebelum maupun saat kejadian,” ujar Kombes Yudi Sinlaeloe.

Sementara itu dr ahli forensik Mabes Polri dr. Ni Luh Putu Eny Astuty, Sp yang mengotopsi mayat korban Ansel Wora menerangkan bahwa adanya penebalan pembuluh nadi jantung (koroner) kiri depan sebesar 50%.

“Selain itu adanya resapan darah di bawah kulit kepala hampir seluruh bagian dapat disebabkan akibat kekerasan tumpul. Juga kemerahan pada tulang dahi akibat kekerasan tumpul serta otak membubur warna abu-abu bercampur merah yang lazim ditemukan pada otak yang mengalami pendarahan,” jelas dr. Ni Luh Putu Eny Astuty, Sp.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada kasus ini ahli menyimpulkan bahwa pendarahan pada otak korban dapat menjadi penyebab kematian korban. “Pecahnya pembuluh darah di otak dapat dipicu oleh adanya informasi bahwa korban memiliki riwayat hipertensi. Apabila tidak terkontrol kemungkinan dapat menyebabkan kegawatdaruratan dengan akibat pecahnya pembuluh darah otak,” ujar dr. Ni Luh Putu Eny Astuty, Sp.

Sementara itu Hendrik Seni, kakak kandung almarhum Ansel Wora menegaskan tidak menerima pernyataan Dirkrimum Polda NTT maupun tim dokter ahli forensik dari Mabes Polri.

“Kami tidak terima dan akan terus berjuang dengan cara kami untuk mengungkap tabir kematian Ansel Wora ini. Kami yakin 100% Ansel dibunuh. Faktanya antara lain, saat berangkat Ansel pakai baju lain setelah meninggal dibawa ke rumah sakit bajunya sudah diganti dengan baju lain entah pakaian siapa,” kata Hendrik Seni kepada DIrkrimum Polda NTT dan Tim dokter ahli forensic Mabes Polri.

Lebih lanjut hendrik Seni minta Dirkrimum Polda NTT mengganti tim penyidik kasus kematian Ansel Wora ini. “Kami minta Pak Dir ganti tim penyidik. Karena terkesan tidak serius mengungkap kasus ini walau ada data pendukung. Termasuk saksi istri almarhum, bahwa baju yang dipakaikan pihak lain saat diantar ke rumah sakit bukan milik almarhum,” jelas Hendrik Seni.

Soal dugaan pemunuhan terhadap Ansel Wora 31 OKtober 2020 lalu ini menjadi perhatian publik di NTT. Sejumlah lembaga, LSM, Ormas terus melakukan aksi demo di Polres Ende, Polda NTT dan Mabes Polri. Sesuai sumber Gatra.Com, kelompok Garda NTT Jakarta 29 Februari 2020 mendatang, selain demo lagi di Mabes Polri juga akan menemui Presiden Jokowi terkait kasus kematian Ansel Wora ini.

640