Home Politik PDIP Teratas, Prabowo-Anies Kalahkan Prabowo-Puan

PDIP Teratas, Prabowo-Anies Kalahkan Prabowo-Puan

Jakarta, Gatra.com - Elektabilits Partai Demokrasi Indonesia (PDI)-Perjuangan masih tertinggi yakni mencapai 30,3%. Namun demikian, Prabowo Subianto dapat dukungan tertinggi jika dipasangkan dengan Anies Baswedan ketimbang dengan Puan Maharani sebagai capres-cawapres.

Demikian hasil survei Y-Publica yang dirilis di Jakarta, Rabu (5/3). Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, mengatakan, elektabilitas PDI-Perjuangan masih di atas partai politik (parpol) lain merupakan imbas sebagai parpol pemenang pemilu.

"Tingginya elektabilitas PDIP tidak bisa dilepaskan dari posisi sebagai partai berkuasa pemenang Pemilu 2019 lalu," ujarnya.

Adapun di posisi kedua dihuni Gerindra dengan15,2% dan ketiga Golkar 10,3%. Sedangkan untuk papan tengah masing-masing PKS 6,4%, PKB 5,6%, Demokrat 3,5%, dan PPP 3,3%.

Untuk NasDem yang perolehan suaranya menanjak pada Pemilu 2019 kemarin, elektabilitasnya melorot jadi 2,9%. Terjunnya elektabilits NasDem, ujar Rudi, bisa jadi buah dari ketegangan antara NasDem dengan kubu Jokowi dan PDIP.

Bukan hanya NasDem, elektabilitas Partai Amanat Nasional (PAN) pun setali tiga uang. Partai berlambang matahari terbit ini hanya mendapat dukungan 1,4%. Anjloknya elektabilitas disinyalir karena berada di luar pemerintahan ditambah gonjang-ganjing dan kericuhan kongres.

Sementara itu, elektabilitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) naik ke angka 2,7%. Keberhasilan PSI di DPRD DKI berdampak signifikan. "Ini memberi peluang PSI untuk lolos melewati ambang batas parlemen," ujar Rudi.

Selain itu, PSI sebagai pendukung Jokowi dan kritik kerasnya terhadap Gubernur Anies Baswedan juga turut mendongkrak keterpilihan partai. Bahkan, lanjut Rudi, jika memperhitungkan margin of error survei, PSI masih bisa menembus electoral threshold, bahkan kalaupun dinaikkan 1%.

Partai-partai politik lain masih harus berjuang untuk dapat lolos threshold. Berturut-turut elektabilitas Hanura sebesar 0,9%, Perindo 0,7%, Berkarya 0,4%, Garuda 0,2%, PBB 0,1%, dan PKPI 0,1%. Sisanya tidak tahu atau tidak menjawab 16,2%.

"Jika tidak ada peningkatan performa, mereka dikhawatirkan tidak akan bertahan dalam peta politik," ujar Rudi.

Sedangkan untuk pemilihan calon presiden, ternyata keunggulan elektabilitas PDI-P tidak linier dengan tokoh-tokoh yang berpeluang maju dalam Pilpres mendatang.

"Stok kader PDIP memang cukup berlimpah, sebut saja Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Puan Maharani yang masuk dalam 10 besar pilihan masyarakat," kata Rudi.

Nama-nama di atas masih jauh di bawah Prabowo Subianto yang mencapai 23,7%, Anies Baswedan 14,7%, dan Sandiaga Uno 10,3%. Elektabilitas kader PDIP paling tinggi Ganjar sebesar 8,0%, Risma 3,6%, dan paling buncit Puan 1,1%. Ridwan Kamil 4,9%, Erick Thohir 4,1%, Mahfud MD 2,9%, dan Agus Harimurti Yudhoyono 1,6%.

"Rata-rata mereka diuntungkan dengan posisi saat ini menjabat di kekuasaan, baik menteri maupun gubernur atau wali kota," kata Rudi.

Sandi dan AHY yang masih menuai investasi elektoral harus meraih jabatan serupa jika ingin tetap bertahan, ujar Rudi. Tokoh lainnya masih rendah elektabilitasnya di bawah 1%, sedangkan sisanya tidak tahu atau tidak menjawab 17,6%.

Dengan elektabilitas yang masih sangat tinggi, Prabowo berpeluang untuk dicalonkan kembali pada Pilpres 2024. "Jika disimulasikan, pasangan Prabowo-Anies unggul jauh dengan dukungan publik mencapai 35,4%, sedangkan Prabowo-Puan yang mencerminkan keterwakilan PDIP hanya didukung sebesar 11,8%,” ujar Rudi.

Pasangan Prabowo-Puan bahkan masih kalah dari Prabowo-Sandi yang sebelumnya bertarung dalam Pilpres 2019 dengan tingkat dukungan mencapai 23,3%.

"Ini menjadi tantangan serius bagi PDIP, mengingat kemungkinan Prabowo-Anies menjadi pasangan yang paling kuat dan tidak terkalahkan saat ini," kata Rudi.

Jika Prabowo tidak maju pada 2024, Anies berpeluang menjadi capres yang diunggulkan. Pasangan nostalgia Pilkada DKI 2017 Anies-Sandi paling favorit dengan dukungan 28,8%, disusul Anies-RK 21,0%, dan Anies-AHY 9,8%. Alternatif lainnya adalah Sandi-RK 31,3%, Sandi-Erick 27,6%, dan Sandi-AHY 30,3%.

Simulasi lain dilakukan terhadap RK, dengan pasangan RK-Ganjar 22,3%, RK-Erick 14,8%, dan RK-AHY 9,3%. Lalu Ganjar-Sandi 20,3%, Ganjar-Erick 16,8%, dan Ganjar-RK 11,8%.

"Nama Puan tidak muncul dalam simulasi pilpres tanpa Prabowo, menunjukkan rendahnya dukungan terhadap penerus dinasti politik PDIP," kata Rudi dalam keterangan tertulis.

Sebagai catatan, keseluruhan sebanyak 25 tokoh yang ditanyakan kepada responden sebagai capres. Dalam simulasi capres-cawapres, dipilih 5 nama sebagai capres unggulan berdasarkan opini yang berkembang pasca-Pemilu 2019. Masing-masing dipasangkan dengan sisa nama yang tersedia, menghasilkan 3 pasangan paling unggul dan sebagian sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.

Y-Publica melakukan survei nasional yang dilakukan pada 11-20 Februari 2020, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) di setiap dapil dengan margin of error ±2,89% dan pada tingkat kepercayaan 95%.

1050