Home Gaya Hidup Angka Kelahiran Tinggi, BKKBN Sumbar Anjurkan KB

Angka Kelahiran Tinggi, BKKBN Sumbar Anjurkan KB

Padang, Gatra.com - Angka kelahiran di Sumatra Barat (Sumbar) mengalami peningkatan. Hal itu dilihat dari jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh wanita selama masa subur atau total fertility rate (TFR) pada tahun 2019 lalu.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumbar, Etna Estelita mencatat, selama 2019 angka TFR Sumbar mencapai 2,68 persen. Hal ini membuat pihaknya pesimis mencapai target secara nasional 2,24 persen.

"Angka ini meningkat dari tahun 2017 yang hanya 2,5 persen, dan melebihi nasional yang hanya 2,45 persen. Sementara target nasional tahun ini 2,24 persen. Tentu ini sulit," kata Etna, Kamis (5/3) kepada Gatra.com di Padang.

Salah satu faktor penyebab tingginya TFR di Sumbar ini, menurutnya dikarenakan menurunnya pemakaian alat kontrasepsi. Rendahnya pemakain alat kontrasepsi ini, akan berdampak pada peningkatan TFR. Terutama dalam rentang usia 15-45 tahun.

Dari hasil Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) 2019, penurunan pemakaian alat kontrasepsi modern di Sumbar mencapai 47,97 persen. Angka itu menurun dibanding tahun 2018 mencapai 48,3 persen. Namun untuk target tahun 2020 yakni 54,44 persen.

Kendati demikian, untuk mencapai target TFR yang ditetapkan secara nasional itu butuh kerja keras semua pihak. Apalagi, idealnya angka standar pertumbuhan penduduk di seluruh negara yakni 2,1 persen. Salah satu caranya, meningkatan pemakaian alat kontrasepsi.

"Memang sulit, tapi kita perlu meningkatan pemakaian alat kontrasepsi modern bagi masyarakat Ranah Minang ini," ujar Etna.

Sementara Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit mengakui perlu kerja keras untuk mencapai target nasional itu. Namun paling tidak, untuk tahun 2020 ini TFR di Sumbar bisa kembali ke angka 2,45 persen. Tentu langkahnya dengan menggencarkan sosialisasi.

Selain itu, BKKBN Sumbar dianjurkan sosialisasi dengan semua pihak. Mulai dari perwakilan KB kabupaten/kota, dinas kesehatan, dokter, pemerintah kabupaten/kota, tokoh adat, tokoh masyarakat, hingga tokoh agama. Tujuannya, pihak inilah yang ikut sosialisasi kepada masyarakat.

"Melalui ustad atau ustadzah juga bisa, ketika ceramah, mereka yang menyampaikan pentingnya KB. Tapi ingat, kita tidak boleh memaksa orang ber-KB, tapi cukup menganjurkan," imbuh Nasrul.

898