Home Gaya Hidup Pendidikan Karakter Jadi Solusi Kasus Perundungan

Pendidikan Karakter Jadi Solusi Kasus Perundungan

Karanganyar, Gatra.com - Dibutuhkan pendidikan karakter sejak dini untuk memutus rantai aksi perundungan. Patut diduga model pendidikan selama ini hanya menitikberatkan pencapaian kognitif sehingga melalaikan pendidikan karakter.  
 
"Sekolah jangan seperti pemadam kebakaran, baru bertindak setelah ada kejadian. Ini nggak boleh. Pak Gubernur meminta agar sekolah menjalankan fungsi pencegahan dengan pendidikan karakter," kata Kabid Pengembangan SMK Disdikbud Pemprov Jateng, Hari Wulyanto, dalam kegiatan diskusi Stop Bullying  yang diadakan di Alana Hotel Colomadu, Karangayar, Kamis (5/3). 
 
Kasus perundungan di sekolah diibaratkan fenomena gunung es yang kelihatan kecil di permukaan namun lebih parah yang tak terlihat. 
 
Menurutnya, pendidikan tak hanya menitikberatkan pada kognitif semata. Melainkan, juga moral dan perilaku siswa juga perlu diperbaiki.
 
"Ada pengawasan lebih intensif, jangan sampai sibuk kognitif terus," katanya.
 
Hanya saja seiring dinamika pengetahuan masyarakat, guru yang menjadi tumpuan utama dalam mencegah perundungan, seringkali diancam dan mendapat kekerasan hingga intimidasi dari kalangan orangtua.
 
Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Qualty Abdulkadir Alkatiri mengatakan, kasus bullying merupakan akumulasi dari permasalahan yang dihadapi seorang anak.
 
Disisi lain, lingkungan baik keluarga dan sekolah juga mendukung untuk dilakukannya perundungan tersebut. Hingga akhirnya, terjadi puncak dimana anak tersebut menjadi korban bullying seperti yang mencuat di media sosial.
 
"Butuh kehadiran berbagai pihak, baik itu keluarga, guru, pemangku wilayah dan lain sebagainya untuk memberikan pengertian. Bahwa, perilaku bullying itu tidak baik dan memberikan dampak psikis bagi anak atau korban dikemudian hari," kata politisi dari partai PKS tersebut.
 
Dosen Universitas Veteran Sukoharjo & Pengamat Pendidikan Jateng, Dewi Kusumaningsih SS MHum menambahkan, jika penguatan pendidikan karakter dilakukan di sekolah, maka hendaknya terintegrasi dengan kurikulum di sekolah. 
 
"Jadi bukan berdiri sendiri, mengingat tugas guru di sekolah sudah cukup berat," kata Dewi. 
956