Home Milenial Di Mana Pusat Kesultanan Demak? Ini Alternatif Jawabannya

Di Mana Pusat Kesultanan Demak? Ini Alternatif Jawabannya

Pati, Gatra.com - Ditemukannya artefak di wilayah Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Pati dan sekitarnya. Serta sejumlah literasi yang menyebutkan daerah tersebut, dinilai dapat menjadi jawaban, masih kosongnya di mana pusat Kesultanan Demak.

Di dalam buku berjudul Istana Prawoto Jejak Kesultanan Demak, sang penulis Ali Romdhoni, mengulik sejumlah bukti yang dapat menguatkan di mana Prawoto sebagai pusat peradaban Kerajaan Demak.

"Sampai hari ini, sudah ada sekitar lima hingga tujuh riset yang mengkaji pusat Kesultanan Demak," ujar Ali Romdhoni seusai bedah buku karyanya yang diselenggarakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Pati, Ahad (8/3).

Hasilnya, ia melanjutkan, ketika pencarian atau penelitian itu hanya dibatasi di sekitaran Masjid Agung di Kabupaten Demak. Kesimpulannya, tidak ditemukan benda arkeologis yang bisa dijadikan serpihan bekas istana atau keraton.

"Kenapa ini terjadi, karena sudah membatasi lokus tertentu yang sempit. Padahal kalau kita lihat letak sejarah geografisnya, Kabupaten Demak yang sekarang ini dahulunya ada di tengah lautan. Jadi wajar jika tidak ditemukan jejak arkeologis. Ini akan sama, jika Majapahit dijadikan nama kabupaten," bebernya kepada Gatra.com.

Berbeda jika para peneliti terdahulu, memperluas lokus medan penelitannya untuk menemukan jejak Istana Demak. Salah satunya melakukan penelitan di daerah Prawoto.

"Jejaknya atau petanya jelas kok, ada di beberapa serat semisal, Serat Centini, Babat Tanah Djawi, Babat Pajang, itu memberikan kajian yang jelas bahwa Prawoto pernah menjadi pusat Kesultanan Demak," sebut Dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang itu.

Ia mengutip salah satu kalimat di dalam Serat Centini, dikisahkan jika Raden Jayengresmi yang merupakan cucu buyut dari Sunan Giri pernah melakukan napak tilas. Pada suatu waktu, Jayengresmi sampai di bekas Istana Prawoto. Di sana Jayengresmi bertemu dengan Kyai Darmajati yang saat itu menjadi lurah.

"Mereka bertemu di Sendang Beji untuk kemudian diajak mampir ke rumah Lurah Kyai Damarjati. Setelah itu Raden Jayengresmi ditunjukkan bekas istana para Sultan Demak termasuk digunakan untuk Sultan atau Sunan Prawoto," ungkapnya di akhir sesi diskusi.

Selain berdasarkan literasi, ia menyampaikan, banyak juga artfak yang menguatkan jika di daerah Prawoto pernah berdiri sebuah kerajaan yang megah. Termasuk letak geografis daerah yang mendukung sebagai pusat kejaraan saat itu.

"Dahulu di sana masih terdapat selat yang memisahkan Muria dan Kendeng. Jika dihubungkan tentu cukup memberi keyakinan," ucapnya.

Dhoni juga cukup apresiastif jika nantinya ada penulis atau peneliti lainnya yang dapat turut menganalisa tawaran sudut pandang yang diberikannya. Dengan begitu, upaya pengungkapan sejarah kerajaan Demak tentu akan lebih luas untuk dibahas. Apalagi, Kesultanan Demak memiliki peranan penting dalam sejarah Bangsa Indonesia.

"Membicarakan Sunan Prawoto adalah membahas potongan sejarah Kesultanan Demak yang selama ini dikaburkan. Membahas Kesultanan Demak dengan tuntas akan sangat membantu dalam mendudukkan sejarah Nusantara," urainya.

Sementara itu, Budayawan, Habib Anis Sholeh Baasyin mengatakan, buku yang didasarkan dari penelitian karya Dhoni dapat menjadi alternatif pusat Kesultanan Demak. Apalagi hingga hari ini belum ada ahli yang berani memastikan ibu kota kerajaan Islam tersebut.

"Belum banyak yang sentuh atau eksplorasi tentang wilayah-wilayah di Pati, baik wilayah lama maupun baru. Jadi sisi menarik, ini adalah keberaniannya menerobos kebekuan dari belum dipastikannya di mana ibu kota Kerajaan Demak," paparnya.

4503