Home Politik Alasan Yasin-Gunawan Maju Pilwakot Surabaya JaIur Independen

Alasan Yasin-Gunawan Maju Pilwakot Surabaya JaIur Independen

Surabaya, Gatra.com - Kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak memang baru berjalan pada proses administratif.  Meski demikian, gaungnya sudah mulai terasa di seluruh Indonesia.

Apalagi dengan diramaikan sejumlah bakal pasangan calon (bapaslon) kepala daerah yang mencalonkan diri melalui jalur independen atau jalur perseorangan. Pada kontestasi pemilihan Wali Kota (Pilwakotkot) Surabaya misalnya.

Bapaslon Pilwakot Surabaya dari jalur independen kembali muncul. Tak pelak, munculnya calon independen itu membawa kemeriahan tersendiri di Kota Pahlawan yang sempat hilang sekitar satu dekade.

Adalah Bapaslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Mohammad Yasin dan Gunawan atau yang keduanya akrab disapa Yasin-Gunawan. Mereka adalah satu-satunya bapaslon independen yang lolos tahap verifikasi dukungan.

Menjadi satu-satunya kandidat independen yang lolos tahap adaministratif awal itu, Yasin Gunawan mulai menyedot perhatian masyarakat. Yasin, yang awalnya berpasangan dengan Usman Hakim, memberanikan diri maju pilwakot Surabaya bermodal dukungan dari para ulama dan masyarakat di Surabaya.

Sama dengan Gunawan. Pria yang awalnya sempat berpasangan dengan Samuel itu, akhirnya maju Pilwakot Surabaya dengan Yasin bermodal dukungan masyarakat. Lalu bagaimana keduanya bertemu lalu maju sebagai pasbalon Pilwakot Surabaya?

Kepada Gatra.com, Yasin - Gunawan menceritakan lika-liku perjalanan mereka maju dalam kontestasi politik, di Kota Surabaya.

Awalnya Bukan Pasangan

Awalnya, mantan pasangan merekalah yang justru saling mengenalkan keduanya. Katanya, Yasin dan Gunawan diperkenalkan saat keduanya mengambil formulir pendaftaran sebagai bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya di kantor KPU Surabaya.

Namun, Yasin dan Gunawan mengaku tidak langsung begitu saja menggandeng Yasin maju Pilwakot Surabaya. Sebab, saat pertemuan tersebut, Yasin masih berpasangan dengan Usman Hakim dan Gunawan masih berpasangan dengan Samuel.

Seiring berjalannya waktu, Usman dan Samuel memutuskan untuk mengundurkan diri dari kontestasi Pilwakot Surabaya dan mulai mengenalkan Yasin dan Gunawan. Tak btuh waktu lama, akhirnya Yasin sepakat maju berpasangan dengan Gunawan.

"Saya ini punya keinginan, ikut kontestasi Pilwakot di Surabaya. Jadi, bagaimana pun, saya harus tetap maju. Kebetulan, cak Gunawan juga begitu. Bahkan, cak Samuel yang menjodohkan saya," kata Yasin ditemui Gatra.com di Surabaya, Selasa (10/3).

Sempat Merasa Tak Cocok

Namun, Yasin tidak langsung klop saat pertama berpasangan dengan Gunawan. Yasin dan Gunawan mengaku sempat bertukar pemikiran dan pendapat sejak pertemuan pada Januari lalu (25/1).

Tak berlangsung lama, Yasin dan Gunawan akhirnya menunjukkan kecocokan. Intinya, mereka sepakat dengan satu visi dan misi yang sama.

Mereka pun merepresentasikan diri sebagai bapaslon Pilwakot Surabaya yang pluralis. Meski, Yasin dan Gunawan masih punya basis dukungan masing-masing.

"Kami sempat penjajakan dahulu. Pengenalan dan sebagainya," kata Gunawan menyambung obrolan Yasin.

Soal visi misi, merupakan hasil aspirasi yang didapat Gunawan dan Yasin dari keluhan masyarakat. Mulai dari lapangan kerja, hingga pendidikan. Terutama, sistem zonasi yang diterapkan pemerintah sejak tahun lalu.

Gunawan berpendapat, sistem zonasi itu bagus. Yakni, menghilangkan stigma sekolah favorit yang berdampak pada turunnya minat calon siswa agar bersekolah di sekolah yang dekat dengan tempat tinggal.

Hanya, dirinya mengkritisi soal sarana dan prasarana antar sekolah yang tidak merata. Ketidakmerataan sarana itu, lanjutnya, sangat terlihat di sekolah negeri.

"Sarana dan prasarana sekolah negeri di Surabaya masih minim. Ada beberapa yang bagus, tapi banyak juga (sarana sekolah) yang masih minim. Itu yang memang harus diperbaiki," katanya.

Kemudian, apa yang mendorong mereka berani berpasangan dan maju Pilwakot Surabaya. Selain mengaku mendapat dukungan langsung dari masyarakat, Yasin dan Gunawan tentu punya banyak alasan terkait hal itu.

Salah satunya, terkait biaya politik atau politic cost. Biaya politik tidak sama dengan mahar. Setidaknya, itulah persepsi Gunawan dan Yasin.

Gunawan menjelaskan, biaya politik saat maju Pilwakot Surabaya melalui jalur partai politik, besaran tidak main-main. Kisarannya, bakal calon wali dan wakil wali kotanya perlu sedia dana hingga puluhan miliar rupiah.

Gunawan tidak menyebut nominalnya. Tapi untuk ukuran bakal calon wakil wali kota, dirinya perlu menyediakan biaya setidaknya 20 persen dari besaran politic cost tersebut.

Besaran itu adalah biaya politik selama kontestasi Pilwakot Surabaya. Mulai saat mendaftar, berkampanye, penggunaan jasa konsultan politik, hingga proses penghitungan suara dimulai.

"Ini bukan mahar, tolong dibedakan. Biaya politik itu kampanye dan lain-lainnya. Memang nominalnya besar, karena melibatkan mesin-mesin partai," jelas Gunawan.

Selain terkait biaya politik, Gunawan juga melihat ada kelebihan lain saat maju Pilwakot Surabaya melalui jalur independen.

Menurutnya, jalur independen membuka kesempatan bagi dirinya dan Yasin memperkenalkan diri kepada masyarakat.

Syarat pengumpulan dokumen dukungan itulah yang dimaksud support awal dari masyarakat. Apalagi, saat dirinya dan Yasin dinyatakan lolos tahap verifikasi dukungan oleh KPU Surabaya.

Gunawan mengaku, semakin mendapat banyak dukungan dari masyarakat. Ketimbang, jika melalui kendaraan partai, baru bulan Juli nanti paslon secara resmi dapat memulai memperkenalkan diri kepada masyarakat yang biasa disebut dengan istilah kampanye.

"Bahkan secara insentif, pada saat kami lolos pendaftaran, iki lho KTP ku (banyak masyarakat yang menyerahkan KTP sebagai bentuk dukungan)," tuturnya.

Berbeda dengan Yasin. Meski tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Desa Pasarenan, Kedungdung, Kabupaten Sampang, Yasin merasa dirinya merasa bukan politisi atau terafiliasi dengan partai manapun.

Ingin Mengabdi Untuk Masyarakat 

Yasin mengaku hanya ingin mengabdikan diri kepada masyarakat Surabaya. Dia yakin jika Surabaya nantinya akan dipimpin oleh orang non-partai.

"Saya yakin, pemimpin di Surabaya ini bukan hanya lahir dari partai politik. Jalur independen pun berkesempatan jadi pemimpin. Istilahnya kami ini dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat," kata Yasin.

Untuk itu, Yasin dan Gunawan semakin mantap maju Pilwakot Surabaya pada jalur independen. Apalagi, jalur independen adalah zona nyaman bagi mereka. Tidak ada beban politik atau apapun dari partai.

Namun demikian, tidak menutup kemungkinan akan ada partai yang memberikan dukungan. Yasin dan Gunawan mengaku membuka diri jika ada partai yang memberikan dukungan.

Hanya, hingga saat ini, belum ada satupun partai yang menyatakan dukungan kepada Yasin dan Gunawan. Gunawan mengaku dirinya dan Yasin belum "menyenggol" partai manapun untuk memperoleh dukungan.

"(Belum ada partai yang menyenggol) belum ada. Ya, kalau seandainya ada partai politik yang mau (mendukung), ya welcome saja kita. Nggak masalah," aku Yasin.

Ditanya soal strategi pemenangan, Yasin dan Gunawan menyatakan optimis. Sejumlah strategi pemenangan yang telah disiapkan.

Yasin mengatakan, sudah ada strategi khusus yang ia siapkan selama kontestasi Pilwakot Surabaya. Termasuk, strategi untuk menghadapi pasangan calon yang diusungan partai politik.

Hanya, Yasin menekankan bahwa strateginya nanti, akan lebih terfokus pada pemenangan ketimbangan harus head to head dengan paslon lain. "Kami tidak melihat (kandidat) yang lain sebagai saingan. Kami lebih fokus pada kemenangan saja. Yang penting kami menang," ujar Yasin dan Gunawan kompak.

1108