Home Ekonomi Bos BI Koreksi Lagi Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Tak Sampai 3%

Bos BI Koreksi Lagi Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Tak Sampai 3%

Jakarta, Gatra.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo kembali menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia menjadi di level 2,7% dari yang sebelunnya diperkirakan akan tumbuh sebesar 3% di tahun 2020.

Penurunan ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, yang merupakan salah satu penyumbang produk domestik bruto (PDB) dunia selain Cina juga mengalami penurunan hingga sekitar 1,8% atau 1,9%.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Eropa juga diperkirakan akan mengalami koreksi, meski bos BI itu tak merinci angka pasti penurunannya. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi Jepang, Perry memperkirakan, akan adanya resesi di negara Matahari Terbit.

"Kemungkinan pertumbuhan ekonomi dunia tidak 3%, tapi jadi 2,7%. Amerika mungkin tidak sampai 3%, tapi mungkin 1,9 atau 1,8%. Eropa juga turun, Jepang resesi tahun ini," ujar dia di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (11/3).

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperkirakan akan tumbuh hingga 4,9% di Kuartal I 2020 dan bisa tumbuh hingga 5,2% di Kuartal IV. Dengan catatan, likuiditas tetap terjaga di tahun ini dan dengan efektifnya bauran kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Meski begitu, Perry mengaku, pada empat bulan pertama ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh lebih rendah dari pada 4,9% karena adanya wabah virus Corona baru atau Corona Virus Disease (Covid)-19 yang melanda dunia.

"Tapi dengan merebaknya covid di belahan negara maju, we are calculate agin, we are in the process calculate again, dan kita akan umumkan di RDG bulanan hari kedua bulanan pukul 14.00. Mungkin akan lebih rendah dari itu, sebab dampaknya lebih luas dari yang kita perkirakan," jelas Perry.

Karenanya, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak jatuh terlalu dalam karena Corona, BI mengaku akan terus berada di pasar. Untuk memastikan, nilai tukar rupiah tetap terjaga dan likuiditas akan tetap aman.

"Karena kalau di negara maju, obatnya hanya mengandalkan suku bunga, tambahin likuiditas. Sehingga di negara maju yang berpengaruh central banknya. Tapi kita kan tidak begitu, kita diajari sinergi. Itulah makanya saya sering ketemu presiden, menko perekonomian, Menteri Keuangan, OJK untuk membuat pemerintah bergerak," ujarnya.

123