Home Internasional Ketika Orang-orang di Kota New York Sekarat Sendirian

Ketika Orang-orang di Kota New York Sekarat Sendirian

New York, Gatra.com - Dua titik merah penyebaran virus corona di Amerika Serikat pada hari Jumat menunjukkan terjadinya lompatan terbesar peningkatan kematian akibat COVID-19, yang salah satunya berada di kota New York.

Dikutip Reuters, Sabtu (4/4), kehilangan nyawa secara mendadak itu sebanding dengan banyaknya korban meninggal akibat serangan 11 September 2001 di AS.

Angka-angka menunjukkan bahwa gelombang kematian diprediksi membanjiri rumah sakit bahkan di kota-kota kaya seperti New York, yang kini mulai runtuh di Amerika Serikat.

“New York City, pusat pandemi, hanya memiliki beberapa hari untuk mempersiapkan diri menghadapi wabah virus corona terburuk,” kata Walikota Bill de Blasio, yang kotanya menderita lebih dari seperempat jumlah kematian akibat virus di AS, dalam konferensi pers hari Jumat.

De Blasio menyebut kota New York berada dalam perlombaan luar biasa melawan waktu akibat tumbangnya banyak nyawa manusia. Dia pun memperingatkan bahwa kotanya sangat membutuhkan bantuan pasokan medis, personel dan tempat tidur rumah sakit. Dia meminta agar pemerintah federal untuk memobilisasi militer.

"Kami sedang berhadapan dengan musuh yang membunuh ribuan orang Amerika, dan banyak orang sekarat yang tidak perlu mati," katanya. "Kamu tidak bisa mengatakan, setiap negara bagian untuk diri mereka sendiri, setiap kota untuk diri mereka sendiri. Itu bukan Amerika, " tambahnya.

Titik merah lainnya, Louisiana, melaporkan bahwa jumlah kematiannya terkait COVID-19 naik dari 310 pada siang hari menjadi 370 pada hari Jumat. Ini merupakan peningkatan kematian terbesar sepanjang 24 jam di negara bagian Selatan.

Di New York, negara bagian AS yang paling parah dihantam oleh virus corona, jumlahnya hampir sama dengan kejadian saat serangan 9/11, ketika hampir 3.000 orang, kebanyakan dari mereka di World Trade Center New York City, terbunuh dalam serangan tersebut.

Jumlah korban sepanjang 24 jam terakhir di negara bagian New York adalah 562 pada hari Jumat pagi, kata Cuomo dan meningkatkan jumlah kematian di negara bagian menjadi 2.935 sejak awal terjadinya wabah.

"Secara pribadi, sulit untuk melewati ini sepanjang hari, dan kemudian sulit untuk terjaga sepanjang malam menyaksikan angka-angka itu masuk ... dan tahu bahwa Anda bertanggung jawab pada saat ini," kata Cuomo.

Bersama dengan New York dan Seattle di negara bagian Washington, kota utama Louisiana New Orleans juga telah memunculkan titik merah lainnya.  Krisis kesehatan telah memaksa banyak tenaga kerja di negara itu untuk tetap tinggal di rumah mereka menghindari penyebaran virus yang lebih parah.

Virus ini menjadi ancaman yang jauh lebih mematikan di New Orleans daripada di seluruh Amerika Serikat, dengan tingkat kematian per kapita dua kali lipat dari New York City. Dokter, pejabat kesehatan masyarakat dan data yang tersedia menunjukkan tingginya tingkat penyebaran penyakit menular ini.

Gubernur Louisiana John Bel Edwards meminta pada hari Jumat agar orang-orang tetap tinggal di rumah.

"Anda benar-benar membantu, tetapi bagi Anda yang tidak menanggapi krisis dengan serius, saya meminta Anda melakukan pekerjaan yang lebih baik," katanya dalam konferensi pers.

Lebih dari 25 persen dari 6.058 kematian akibat virus corona AS sebagaimana data dari Universitas Johns Hopkins pada Jumat pagi berada di New York City. Tingkat penyebaran infeksi di Amerika Serikat juga menyumbang sekitar 24 persen dari lebih 1 juta kasus di seluruh dunia.

Banyak dari korban yang meninggal di AS, hanya menghadapinya sendirian ketika staf medis melarang kerabat untuk bersama mereka, di saat sakaratul maut akan menjemput, karena kuatir terjadinya penyebaran infeksi yang lebih banyak.

“Benar-benar tidak ada cara untuk menggambarkan apa yang kita lihat. Realita baru kami tidak nyata,” kata direktur kesehatan global dalam pengobatan darurat di pusat medis Universitas Columbia New York, Craig Spencer, menulis di Twitter pada Kamis malam.

Dia menunjukkan banyak tenda-tenda yang didirikan di luar rumah sakit untuk membantu menampung peningkatan jumlah pasien.

“Di tenda yang sama, saya melihat terlalu banyak rasa sakit, kesepian, dan kematian. Orang-orang sekarat sendirian," katanya.

2625

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR