Home Politik Mengenang Pahlawan Sandi Roebiono Kertopati

Mengenang Pahlawan Sandi Roebiono Kertopati

Jakarta, Gatra.com - Hari ini, 4 April 2020, insan persandian Indonesia memperingati hari lahir Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). Lembaga yang kini berubah nama menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) ini sudah memiliki rekam sejarah yang panjang dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

Lemsaneg berdiri pada 4 April 1946 sebagai lembaga khusus yang menangani pengamanan informasi rahasia negara di masa kemerdekaan. Saat itu lembaga rahasia tersebut dipimpin oleh Mayor Jenderal TNI Roebiono Kertopati, seorang dokter kepresidenan saat masa presiden Soekarno.

Di dunia jagat senyap atau telik sandi, nama Roebiono Kertopati bukan sosok asing. Kiprahnya hampir sama dengan Bapak Intelijen Indonesia, Zulkifli Lubis. Roebiono lebih banyak bermain di bidang kode dan persandian, kemudian merintis lahirnya Lemsaneg. Sementara Zulkifli memimpin Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI, kini dikenal BIN) di masa awal kemerdekaan.

Sang dokter dikenal sebagai sosok jenius yang serba bisa. Perawakannya kecil, penampilannya tenang, namun karya yang ia hasilkan melahirkan decak kagum. Konon, pria asal Ciamis, 11 April 1914 itu memiliki otak yang encer sehingga menjadi andalan dunia intelijen. Di tangannya lahir beragam sandi yang kuat dengan teknik kode yang tinggi untuk sistem pertahanan negara.

Sandi yang diciptakan Roebiono Kertopati dikenal sebagai sistem double encipherment. Sandi itu terangkum dalam Buku Kode C yang memuat beragam kode rahasia seperti kata, tanda baca, awalan dan akhiran, hingga penamaan dan lainnya. Ia membuat enkripsi tersebut menggunakan sistem kode angka secara mandiri.

Kejeniusan Roebiono mengundang decak kagum dari Menteri Pertahanan RI, Amir Sjarifoeddin. Maklum saja, Roebiono tak memiliki pendidikan mumpuni di bidang persandian. Kariernya lebih banyak dihabiskan sebagai dokter di Kementerian Pertahanan RI bagian B (intelijen).

Ia belajar secara otodidak dengan melihat sistem persandian yang sudah dibuat beberapa negara, dan ia menyusunnya sendiri dari awal hingga akhir. Konon ia sempat mendapat kursus singkat pengenalan sandi dari kementerian luar negeri Belanda pada 1949. Bekal itu diperkuatnya dengan bacaan, pengalaman, imajinasi, logika, dan intusi.

Teknik kriptografi yang semula diciptakannya terbukti efektif dan dapat diandalkan untuk mengamankan komunikasi berita di medan peperangan, komunikasi dalam perundingan antara pemerintah RI dengan Belanda dan PBB, komunikasi pemberitaan di perbatasan dan di dalam medan gerilya daerah dan pedalaman.

Dari sosok yang mengemban doktrin “Berani Tidak Dikenal” ini dunia sandi di Indonesia berkembang dengan corak dan kekhasannya. Roebiono tampil sebagai sosok paling penting di masa kemerdekaan yang berjuang tanpa teknologi memadai dan dibantu oleh sumber daya yang awam sandi, dan kurang terampil di bidang intelijen.

Insan intelijen tanah air khususnya di bidang persandian sepatutnya berterima kasih kepada kepala Dinas Code pertama di Indonesia itu. Dalam peringatan 74 Tahun lembaga persandian, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Letjen TNI Hinsa Siburian menyampaikan terima kasihnya kepada pahlawan sandi Roebiono Kertopati.

“Sebagaimana kita ketahui, pada masa perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 oleh Bung Karno dan Bung Hatta, maka pada 4 April 1946 dr. Roebiono Kertopati mendirikan Badan Pemberitaan Rahasia atau Dinas Kode untuk mendukung perjuangan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia,” ujar Hinsa dalam keterangan video conference, Sabtu (4/4).

Ia menyebutkan meski Lemsaneg sudah bertransformasi menjadi BSSN bukan berarti unsur persandian dapat dilepaskan dari sejarah masa lalu. BSSN saat ini masih memuat kode dan teknik enkripsi sandi yang diwariskan oleh dr. Roebiono Kertopati, kemudian diperkuat dengan keberadaan unsur teknologi.

“Sesuai dengan tuntutan tugas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang informasi dan komunikasi, Badan Pemberitaan Rahasia tersebut mengalami perubahan menjadi Dinas Teknik, menjadi Djawatan Sandi, menjadi Lembaga Sandi Negara, dan berdasarkan Perpres Nomor 53 Tahun 2017 berubah menjadi BSSN,” katanya.

Ia mengimbau dalam perayaan Ulang Tahun ke-74 Badan Siber dan Sandi Negara dapat menauladani kiprah dr. Roebiono serta menjaga semangat dan kesetiaan kepada NKRI. “Serta meningkatkan sifat terpercaya untuk menjaga kerahasiaan dinas dan kerahasiaan negara, adaptif dengan perubahan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta lingkungan strategis; tingkatkan profesionalisme, dedikasi dan tanggung jawab terhadap tugas dan fungsi masing-masing; tingkatkan disiplin, jiwa korsa, sinergitas dan kolaborasi dalam melaksanakan tugas,” pungkasnya.

2161