Home Ekonomi Digital First, Konsep Masa Depan Perbankan Indonesia

Digital First, Konsep Masa Depan Perbankan Indonesia

Jakarta, Gatra.com – Hampir sebagian besar atau sebanyak 63 persen pelanggan diprediksi akan mengadopsi perbankan digital di Asia Pasifik (APAC) dan bersedia beralih ke neobank dan bank pemain baru dalam lima tahun mendatang. Hal itu didasarkan pada laporan Fintech and Digital Banking 2025 yang diungkapkan platform perbankan digital, Backbase dan IDC.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kawasan Asia Pasifik akan menjadi tonggak lahirnya 100 lembaga keuangan baru pada 2025, didukung dengan liberalisasi beberapa pasar dan penerbitan lisensi perbankan baru. Bahkan lebih jauh, laporan tersebut mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, sebanyak 40 persen nasabah bank Indonesia akan menikmati layanan pendaftaran akun bank secara langsung, verifikasi nasabah secara digital, atau pendaftaran via layanan pihak ketiga.

Regional Head Backbase untuk ASEAN & India, Riddhi Dutta mengatakan Digital-First akan menjadi konsep masa depan perbankan Indonesia. “Pelanggan Indonesia akan memiliki beberapa rekening perbankan, baik tradisional maupun digital. Kesetiaan pelanggan ini dapat diperoleh dengan menciptakan persepsi bahwa “bank mengerti akan saya”, yang jelas perbankan akan mulai mengintegrasikan dengan ekosistem gaya hidup untuk mencapai output itu,” kata Riddhi dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Selasa (12/5).

Di masa mendatang bank Indonesia diprediksi akan menggandakan penggunaan big data dan AI/ML untuk meningkatkan pengalaman perbankan nasabah. Laporan juga menyorot bahwa bank-bank Tier 1 dan Tier 2 di Indonesia akan beroperasi setidaknya dalam lima ekosistem gaya hidup pada 2025. Namun pandemi Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya mempertanyakan kesiapan industri terhadap perbankan digital karena mayoritas pelanggan perbankan APAC terus memandang proses perbankan sebagai hal yang membosankan.

“Sebagai hasil dari fokus ekstrim bank pada sistem terdahulu dan mengabaikan integrasi digital first, hanya 30% basis pelanggan perbankan di Asia Pasifik yang aktif di saluran perbankan digital. Saat ini bank-bank konvensional di seluruh kawasan Asia Pasifik dihadapkan dengan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan perbankan digital karena kebutuhan pelanggan yang semakin intensif akan ketersediaan, akses, dan kontrol interaksi saluran digital,” tulis Backbase dan IDC dalam laporannya.

Kurangnya Kecepatan Beradaptasi untuk Menjadi Digital-First

Laporan menyebutkan bahwa bank-bank terdahulu belum dapat mengambil keuntungan dari mitra ekosistem yang potensial karena mereka masih memegang pandangan tradisional tentang rantai nilai (value chain). Sebanyak 80% dari 250 bank teratas di Asia Pasifik masih memilih untuk memiliki seluruh rantai nilai perbankan, dengan bisnis pihak ketiga yang berkontribusi hanya 2%.

Sementara itu, usia rata-rata sistem perbankan di 100 bank teratas di Asia Pasifik yakni berkisar 17,5 tahun, jauh di belakang ekonomi digital yang berkembang pesat saat ini. Di sisi lain, lebih dari 35 bank neobank atau pemain digital baru di seluruh APAC dibangun di atas praktik terbaik yang lincah dan inovatif yang mengedepankan fleksibilitas, kemampuan layanan mandiri, kebutuhan pelanggan, dan personalisasi.

Kenyataannya dengan kemunculan pemain baru dan gangguan digital lebih lanjut di industri, 38% dari pendapatan bank tradisional ditakar akan berisiko pada 2025. Di Indonesia, konsumen yang sangat terhubung dengan internet mengharapkan kepuasan instan seperti layanan perbankan berbasis permintaan. Untuk mengimbangi cepatnya permintaan itu, bank harus memprioritaskan sumber dayanya untuk fokus pada pelanggan dan platform digital dalam menyederhanakan proses perbankan daring.

Wakil Presiden Associate IDC Financial Insights Asia Pacific, Michael Araneta mengatakan konversi tersebut merupakan sebuah keharusan agar bank dapat bertahan seiring kemajuan zaman.

“Menjadi digital pertama menuntut integrasi teknologi digital dengan transformasi komprehensif proses bisnis, strategi keterlibatan, saluran, dan model bisnis perbankan. Dengan wawasan dari laporan tersebut, bank dan bank-bank baru dapat diposisikan dengan baik untuk masa depan.”

Di Indonesia misalnya bank-bank diprediksi meningkatkan penggunaan Big Data, AI dan ML sebanyak tiga kali lipat untuk meningkatkan pengalaman konsumen. Diprediksi juga 25% pertumbuhan investasi akan mengandalkan kemampuan real-time seperti: pemasaran, pengendalian kecurangan dalam akuntansi, dan pembayaran.

Digitalisasi juga memberikan banyak manfaat bagi sistem core banking. Misalnya dalam perbankan ritel dan konsumen, pengiriman produk, layanan, dan informasi instan untuk memenuhi permintaan konsumen. Proses yang otomasi dan biaya operasi yang rendah akan memungkinkan bank untuk melayani klien perusahaan mereka secara lebih baik.

3625