Home Ekonomi Harga Minyak Naik, Dirut Pertamina: Namanya Triple Shock

Harga Minyak Naik, Dirut Pertamina: Namanya Triple Shock

Jakarta, Gatra.com- Kenaikan harga minyak yang lebih dari US$1 per barel menduduki level tertinggi. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menyepakati untuk menekan produksi minyak secara global. Hal ini menyebabkan demand minyak turun 3,59 juta b/d, sementara suplai naik 1,59 juta b/d. Penurunan demand terutama dari Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menyebut kondisi ini sebagai “Triple Shock”. Pertama, melihat dari sisi kenaikan harga minya. Kedua, mengamati penurunan demand. Ketiga, beberapa investasi tertahan. Menurutnya, ini merupakan keadaan paling sulit selama perjalanan bisnis Pertamina.

“ Dampaknya terjadi penurunan demand antara 3% sampai 6%, proyeksinya sampai tahun 2030. Kita harus beradaptasi dengan perubahan ini. Selain itu, ketidaksepakatan dengan beberapa negara OPEC menyebabkan terjadinya penurunan. Depresiasi rupiah juga sangat berpengaruh,” tuturnya dalam Konferensi Pers Virtual, Senin (18/5).

Ia menjelaskan, Indonesia pun melakukan penyesuaian produksi hulu dari 923 mboepd menjadi 894 mboepd. Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan yaitu membeli seluruh produksi dalam negeri.

“ Kondisi hulu migas ada tiga yang recovery, produksi cenderung turun. Selain itu, cadangan cenderung rendah. Berdasarkan riset production rasio dalam 7 tahun, investasi untuk menambah cadangan. Cost production menjadi lebih tinggi. Kita lakukan eksplorasi dan eksploitasi. Harus mengenjot produksi kita,” ucap Nicke.

Dirut Pertamina memaparkan, seluruh logistic supply chain terganggu. Meski tetap dilakukan mitigasi untuk mengatasi persoalan tersebut. Untuk itu, dalam menjaga ekosistem produk maka diberlakukan stok produksi.

3548