Home Gaya Hidup Legenda Kuliner Toko Oen Yang Asli, Malang atau Semarang?

Legenda Kuliner Toko Oen Yang Asli, Malang atau Semarang?

Semarang, Gatra.com – Penikmat kuliner pasti sudah paham nama besar Toko Oen. Sejarah mencatat jika Toko Oen menjadi satu-satunya restoran berkelas fusion kala jaman penjajahan Belanda. Berdiri sejak tahun 1936, Toko Oen mempunyai empat gerai toko, di Jakarta, Jogja, Malang, dan Semarang.

Dari keempat gerainya, kini bertahan dua cabang, ada di Malang Jawa Timur dan Semarang Jawa Tengah. Dua gerai lainnya di Jogja dan Jakarta sudah dijual ke pihak lain, sepeninggal sang empunya.

Dua gerai toko yang bertahan pun masih mempertahankan kuliner otentik fusion, baik jajanan tradisional, makanan main course, desert atau apetizer. Yang terkenal pastinya Es Krim Toko Oen. Hanya saja, dua Toko Oen itu kini telah dimiliki oleh dua orang yang berbeda.

Traveler dan penikmat kuliner jalan jajan mesti masih penasaran, sebenarnya mana yang asli, Malang atau Semarang?

Gatra.com pun menyambangi Toko Oen Semarang, beberapa waktu lalu, bertemu dengan sang owner generasi ke tiga keluarga Oen, Yenny Megarajasa.

Yenny juga berstatus sebagai founder Oen Foundation, sebuah lembaga non government organization (NGO) yang peduli akan bangunan dan sejarah otentik Belanda dan Eropa yang ada di Indonesia, khususnya Semarang.

Menurut Yenny, nama Toko Oen yang melekat pada bangunan, baik di gedung Semarang maupun Malang adalah asli. Model dan bentuknya tak berubah, lantaran sudah menjadi cagar budaya. Termasuk beberapa merek kuliner Toko Oen Semarang telah didaftarkan.

Dia mengaku sangat terbantu atas kerja keras bapaknya, Oen Tjoen Hok, generasi petama Toko Oen. Dulu kala, bapaknya mendaftarkan nama merek Toko Oen pada pemerintahan Kerajaan Belanda jaman penjajahan.

“Opa saya orangnya memang berpikir maju kedepan, jadi mendaftarkan merek nama Toko Oen pada tiap panganan dan jajanan yang di jual di Toko Oen sejak tahun 1936, saat itu masih pemerintahan Belanda,” terangnya.

Yenny menceritakan, resep khusus cita rasa jajanan fusion Semarangan menjadi kunci sukses produk jajanan Toko Oen melegenda hingga sekarang. Di tempatnya dia memiliki menu andalan legendaris seperti es krim Toko Oen, nasi goreng, cap cay, panekuk, sampai kue kering dengan rasa dan bentuk yang tak berubah sedari jaman dahulu.

“Semua diolah dengan bahan, resep yang sama sejak dahulu. Termasuk bentuknya tidak kami rubah, ini menjadi ciri khas meski banyak yang meniru,” bebernya.

Menurut Yenny, tiru-meniru dalam dunia perkulineran sudah menjadi hal yang biasa. Hanya saja resep original tetap akan menjadi rujukan konsumen dalam merasakan sensasi keaslian kuliner atau jajajan.

“Koki saya banyak yang dibajak, dari resto, toko kue, bakery, tapi resep kunci masih saya pegang. Jadi soal rasa tak bisa berbohong pada konsumen setia,” katanya.

Terkait hak merek dan hak dagang juga tidak luput dari persoalan Toko Oen. Dia menyebut, tiga gerainya di Jakarta, Malang, dan Jogja telah dijual. Bangunan gedung dengan nama Toko Oen tersisa di Semarang.

Bangunan di Malang masih eksis lantaran pembeli atau pemilik gedung saat ini tetap mempertahankan seisi bangunan termasuk menu-menu yang pernah ada pada masa kejayaan Toko Oen.

“Yang di Jakarta, Jogja, dan Malang sudah dijual. Tinggal yang ada di Semarang kami pertahankan asetnya,” katanya.

Persoalan sempat muncul saat Toko Oen yang di Malang Jawa Timur, menjual dengan nama produk yang sama persis dengaan jajanan dan kuliner yang ada di Toko Oen Semarang.

Kabar itu justru didapat Yenny dari salah satu pelanggannya yang memprotes, jika kualitas cita rasa jajanan kuliner Toko Oen di Malang tak sama dengan yang ada pada Toko Oen Semarang.

“Tahunya dari pelanggan, tiba-tiba protes jika rasa jajanan kuliner Toko Oen kok standarnya berubah, tidak seenak di Toko Oen Semarang. Dia cerita saat menikmati di Toko Oen Malang,” ceritanya.

Pihaknya sebenarnya keberatan atas penggunaaan nama Toko Oen berserta produk jajanan kuliner lokal yang di jual di Malang Jawa Timur.

Namun, dia juga tak bisa melarang sepenuhnya lantaran gedung Toko Oen merupakan cagar budaya yang dilindungi untuk tidak dirubah nama dan bentuk aslinya.

“Menuntut untuk mengganti nama juga tidak bisa karena gedung toko dan nama itu melekat sebagai cagar budaya. Tapi untuk produk jajanan kuliner kembali pada cita rasa khas, kami yang asli dan selalu diburu pelanggan,” paparnya.

Keluarga besarnya juga rupanya mematenkan nama merek Toko Oen di negeri Belanda, karena pada jaman dahulu jajanan kuliner Toko Oen sangat digemari para warga Belanda dan Eropa saat ada di Semarang.

“Tapi di Belanda tokonya sudah tutup, merek dagangnya masih terdaftar di negara Belanda dan Eropa. Paling saat ikut pameran saja di Eropa jika ada festival kuliner,” katanya.

Sementara Toko Oen di Malang, dikutip dari berbagai sumber, jika pada tahun 1990 telah dijual ke pengusaha bernama Danny Mugianto.

Tidak hanya es krim, daftar menu Toko Oen Malang juga menampilkan berbagai menu makanan seperti makanan pembuka, sup, masakan oriental, burger dan sandwich, salad, steak, dan tentu saja tidak ketinggalan menu khas Indonesia. Termasuk ada menu khas Toko Oen nasi goreng dan nasi semur lidahnya yang terkenal enak.

Nah, bagi para traveler untuk menjajal dua gerai Toko Oen, silakan sambangi dua tempat itu. Jika sedang ada di Kota Semarang bisa mampir di Jalan Pemuda Nomor 52, bangunannya khas bentuk tempo dulu, diapit oleh gedung-gedung moderen perkantoran termasuk gedung Supermarket Sri Ratu yang telah tutup.

Sementara jika sedang di Kota Malang, traveler bisa datangi Jalan Jenderal Basuki Rahmat Nomor 5 Malang, gedungnya mencolok terlihat karena berada di kawasan Alun-alun Kota Malang, dan berhadapan dengan Gereja Hati Kudus Yesus atau dikenal dengan nama Gereja Kayu Tangan yang khas arsitektur neogothiknya.

17879

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR