Home Kebencanaan Gagasan Besar Pengendalian Banjir Jakarta

Gagasan Besar Pengendalian Banjir Jakarta

Konsep JIT dan 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta

Oleh: Prof. Agus Sidharta, M.Eng, PhD*

 

Proyek Jakarta Integrated Tunnel (JIT) terdiri atas dua ruas terowongan bawah tanah yang fungsi utamanya adalah untuk mengendalikan dan mengatasi banjir yang diakibatkan oleh meluapnya air sungai pada saat hujan lebat. Ruas yang pertama, JIT-1, adalah ruas (Pasar Minggu-Manggarai), membentang di dalam tanah tepat dibawah jalan raya yang ada mulai dari Pasar Minggu sampai ke Manggarai. JIT-1 ini fungsi utamanya adalah untuk mengendalikan banjir yang diakibatkan oleh luapan Sungai Ciliwung.

Sedangkan ruas JIT yang kedua, JIT-2 membentang di bawah tanah tepat di bawah jalan rel kereta api yang ada mulai dari Ulujami sampai ke Tanah Abang, dengan fungsi utamanya untuk mengendalikan banjir yang diakibatkan oleh meluapnya Sungai Pesanggrahan.

Selanjutnya apabila banjir Jakarta yang diakibatkan oleh luapan air dua sungai terbesar di Jakarta ini sudah bisa dikendalikan maka mayoritas banjir Jakarta sudah bisa teratasi dan berikutnya tinggal menata, memperbaiki serta merawat saluran-saluran dan sistem drainase yang masih kurang/tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan masih menimbulkan banjir-banjir lokal di sana sini.

Kaidah dalam teori ekonomi neo klasik mengatakan bahwa barang publik-barang yang dipakai oleh masyarakat banyak bersama-sama maka pengadaannya haruslah dengan menggunakan dana publik juga yaitu APBN dan/atau APBD.

Fasilitas pengendali banjir termasuk dalam golongan barang publik tersebut dan ini mudah untuk dipahami, selain memang manfaatnya yang langsung untuk kemaslahatan masyarakat banyak, dari sisi ekonomipun tidak akan ada orang yang secara pribadi ataupun pihak-pihak swasta yang mau untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya di sana karena fasilitas banjir tidak bisa memberikan pendapatan secara langsung untuk mengendalikan modal yang akan ditanam di sana (a zero return project).

Berangkat dari pandangan tersebut, maka munculah pemikiran dan pertanyaan tentang bagaimana caranya agar pihak swasta mau masuk dan melakukan investasi pada proyek fasilitas pengendali banjir ini?. Jawabannya sederhana saja yaitu bahwa proyek tersebut haruslah bisa memberikan pendapatan secara langsung. Salah satu cara untuk hal tersebut adalah dengan mencangkokkan jalan tol ke dalamnya. Jalan tol selama ini sudah diketahui sebagai suatu usaha yang memberikan pemasukan berupa uang tunai setiap harinya (cash daily revenue).

Di sini berlaku pula filosofi dalam cerita dongeng 'Robin Hood' dimana dia mengambil dari si kaya dan memberikannya lagi kepada si miskin. Pengguna jalan tol diibaratkan sebagai si kaya karena mampu memiliki mobil, sementara korban banjir di sepanjang wilayah sungai diibaratkan sebagai orang-orang yang kurang mampu.

Dari sisi teknis kriteria jalan tol adalah jalan raya yang dirancang untuk dibangun dengan menggunakan kriteria teknis yang tinggi atau dengan kata yang lebih sederhana jalan tol tersebut harus dirancang dengan kecepatan rancangan rata-rata yang tinggi namun tetap aman dan nyaman untuk para penggunanya. Hal ini dikarenakan pengguna telah dikenakan biaya tarif tol untuk bisa masuk dan menggunakan jalan tol dimaksud sehingga layak untuk mendapatkankan layanan yang istimewa juga.

Di sisi lain sifat perjalanan kendaraan di jalan raya dalam suatu kota pada umumnya justru sebaliknya dari jalan tol tadi. Perjalanan dalam kota umumnya jaraknya pendek-pendek dan kecepatan perjalanan nya rendah-rendah (sering mampir-mampir). Oleh sebab itulah maka tidak setiap jalan raya di dalam kota boleh dijadikan jalan tol yang kecepatan rata-ratanya tinggi. Sistem jalan tol dalam kota pada umumnya adalah berupa sistem ring radial atau sistem jalan melingkar di dalam kota yang dikombinasikan dengan 1 atau beberapa ruas jalan yang memotong secara melintang arah radial dari jalan lingkar tadi. Tujuan utama jalan ring radial dalam kota adalah agar para pengemudi kendaraan yang datang dari luar kota bisa langsung keluar lagi menuju kota tujuan berikutnya dengan cepat tanpa harus masuk ke tengah-tengah kota dahulu. Demikian pula sebaliknya.

Dua ruas JIT yaitu JIT-1 dan JIT-2 adalah merupakan 2 dari 6 ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta. Sementara 6 ruas Jalan Tol Dalam Kota itu sendiri adalah merupakan sistem ring radial dan jalan lingkar yang terletak paling dalam di pusat kota Jakarta. Di luar itu sebelumnya sudah ada yang disebut sebagai Jalan Tol Dalam Kota (Inner Ring Road), Jalan Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road-JORR), dan terakhir dibangun Jalan Lingkar-Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer-Outer Ring Road atau JORR 2).

Terowongan JIT yang berimpit dengan 2 ruas jalan tol radial dari 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota sebenarnya bisa saja berdiri dan berjalan masing- masing tersendiri karena jenis konstruksinya yang berbeda. JIT merupakan terowongan (tunnel) sedangkan 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota merupakan konstruksi jalan layang (elevated toll-way).

Dalam perjalanannya fungsi dari JIT bertambah lagi dengan fungsi sebagai pembangkit tenaga listrik dan pemasok air baku untuk air bersih/air minum. Pilihannya ada pada pemerintah antara melanjutkan pembangunan 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta tersebut dengan konstruksi "elevated" keseluruhannya meskipun sampai dengan saat ini pembangunan 2 ruas tahap pertama (Timur-Barat) masih tersendat, atau membatalkan 2 ruas yang digunakan untuk terowongan JIT?,

Namun apapun yang dipilih, JIT sendiri tetap layak berjalan karena Jakarta butuh fasilitas pengendali banjir yang bisa diandalkan selain juga memberikan tambahan pasokan baku air bersih (air minum) dan tenaga listrik. Dan yang paling utama pasca wabah Covid-19 saat ini JIT tidak membebani anggaran pemerintah dalam pembangunannya.

Untuk hal ini sudah ada komitmen dari pihak investor Korea guna pendanaannya. Mohon doa restu khususnya dari segenap warga DKI Jakarta. Semoga proses ini bisa berlanjut dan bisa berjalan dengan mulus dan lancar. Aamiin.

*Penulis mantan Guru Besar Universitas Indonesia, mantan anggota BPJT dan Dewan Transportasi DKI Jakarta dan Direktur Utama PT Antaredja Mulia Jaya

271