Home Teknologi ICAEW: ASEAN Hadapi Resesi, Infrastruktur Digital Jadi Kunci

ICAEW: ASEAN Hadapi Resesi, Infrastruktur Digital Jadi Kunci

Jakarta, Gatra.com – Seiring berjalannya kembali aktivitas bisnis dan perekonomian di beberapa negara, perhatian publik mulai bergeser ke lanskap ekonomi pasca pandemi. Terlepas dari krisis yang melanda dunia, para pakar ekonomi dan keuangan memperkirakan ekonomi global akan membaik di 2021, dengan industri berbasis teknologi menjadi sektor yang paling tangguh. Hal ini menjadi topik utama dalam diskusi The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dengan para pakar industri di kawasan Asia Tenggara.

Saat ini merupakan periode krusial bagi pelaku bisnis dalam menentukan arah strateginya, dan pelaku bisnis tidak cukup mengandalkan satu aspek dalam strateginya menghadapi tantangan krisis saat ini. Southeast Asia (SEA) Virtual Economic Forum 2020 yang diadakan oleh ICAEW menyimpulkan terdapat tiga hal yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan ekonomi agar dapat beradaptasi dengan keadaan normal baru. Ketiga hal tersebut yakni trust (rasa percaya), talent (sumber daya manusia), dan technology (teknologi).

“Upaya pemulihan ekonomi yang kita butuhkan harus mencakup solusi-solusi berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar ICAEW Regional Director, Greater China and South-East Asia, Mark Billington dalam keterangan yang diterima GATRA.com, Sabtu (13/6).

Mark menambahkan seiring pelonggaran kebijakan lockdown di beberapa negara, para pelaku bisnis dan organisasi harus mampu beradaptasi dengan situasi new normal sehingga mereka bisa tetap tumbuh dan beroperasi secara berkelanjutan pasca pandemi ini. “Salah satu pelajaran positif yang dapat kita ambil dari pandemi ini antara lain bagaimana adopsi teknologi terjadi begitu cepat; teknologi yang sebelumnya hanya merupakan kebutuhan tersier kini telah menjadi kebutuhan sehari-hari kita,” katanya.

Kinerja ekonomi global semester pertama 2020 menunjukkan saat ini dunia tengah menghadapi resesi sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Para pakarpun memprediksi ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh ICAEW dan Oxford Economics, PDB dunia diprediksikan akan menurun sebesar 4,7% di tahun 2020. Angka ini menunjukkan dampak yang dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan krisis finansial global pada tahun 2008, dan merupakan resesi global terbesar pasca perang.

Berdasarkan data PDB yang telah dirilis oleh negara-negara besar dan negara lainnya di kawasan, ekonomi global diperhitungkan menyusut sebesar 2,4% pada kuartal pertama 2020. Sebagai perbandingan, ekonomi global hanya menurun sebesar 0,1% sepanjang tahun pada krisis finansial global 2009.

Sektor pariwisata menjadi industri yang paling terdampak dari pandemi ini. Saat ini diperkirakan terjadinya penurunan sebesar 58% hingga 78% pada pergerakan wisatawan di seluruh dunia setiap tahunnya. “Angka ini jauh lebih ekstrim dibandingkan dengan pada masa wabah SARS tahun 2002-2004 yang mengalami penurunan sebesar 0,4% dan pada krisis finansial global tahun 2008-2009 yang mengalami penurunan sebesar 4%,” kata Mark.

Untuk kawasan Asia Tenggara, laporan ICAEW memprediksi sebagian besar negara di Asia Tenggara akan menghadapi resesi di semester pertama 2020 sebelum mengalami kontraksi sebesar 1,9% di tahun yang sama.

Perekonomian negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam) diperkirakan akan menurun sebesar 0,7% di tahun 2020, dibandingkan dengan ekonomi global yang diperkirakan akan menurun 4%. Sementara itu, Indonesia terlihat mengalami dampak yang sedikit lebih ringan dengan PDB yang diperkirakan akan sedikit tumbuh sebesar 1,1%. Situasi ini diramalkan akan membaik di 2021 seiring kembalinya aktivitas ekonomi.

Mempersiapkan Diri Hadapi Ketidakpastian Ekonomi

Secara global, ramalan skenario terbaik yang dibuat oleh IMF menunjukkan ekonomi global akan turun sebesar 3% tahun ini dan kembali tumbuh 5,8% di tahun 2021. Namun ekonomi bisa jatuh hingga 5,8% apabila kita harus menghadapi skenario terburuk.

Sementara itu ramalan skenario terbaik dari WTO memperkirakan rata-rata ekspor dan impor dunia akan menurun sebesar 12,9% tahun ini namun dapat kembali tumbuh 21,9% di tahun 2021. Sedangkan, dengan skenario terburuk, angka itu bisa jatuh 31,9% tahun ini dan membaik sebesar 24% di tahun 2021.

Untuk kawasan Asia Tenggara, ICAEW memprediksikan pertumbuhan PDB kawasan nantinya akan membaik hingga rata-rata 8% di 2021. Serangkaian paket stimulus fiskal dan pelonggaran moneter dari otoritas di seluruh bagian kawasan diperkirakan akan menjadi kontributor penting terhadap pemulihan ekonomi di kawasan.

Ke depan, infrastruktur ICT (Information and Communications Technology) dan digital akan menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi. Industri-industri berbasis teknologi mulai dari tele-medicine, penyedia layanan konferensi virtual, hingga teknologi pendidikan telah membuktikan industri tetap dapat beroperasi dengan kuat di tengah pandemi global.

Namun teknologi saja tidak akan dapat memecahkan masalah apabila tidak didukung dengan kapasitas sumber daya manusianya. Kita dapat belajar dari Vietnam sebagai sesama negara Asia Tenggara yang telah sukses lebih cepat meredam virus corona dibandingkan dengan banyak negara lainnya.

Country Director of the Department for International Trade, British High Commission, Justinian Habner, yang juga pembicara di ICAEW SEA Virtual Economic Forum 2020, mengatakan dirinya optimis akan lebih banyak negara yang terbuka terhadap kerja sama perdagangan guna mengakselerasi dan memulihkan perekonomiannya pasca pandemi.

326