Home Milenial Potensi Industri Seni, Musik dan Fashion saat Pandemi

Potensi Industri Seni, Musik dan Fashion saat Pandemi

Jakarta, Gatra.com- Kondisi pandemi Covid-19 telah membuat industri seni suara dan musik serta fashion menjadi lebih kreatif. Praktisi tata suara Aghi Narottama menyebut bahwa di bidang musik terdorong jenis pertunjukan baru berupa virtual shows yang cukup digemari.

"Tata suara di berbagai bidang telah mempergunakan teknik yang luar biasa bagus dan semakin banyak inovasi baru," ungkap Aghi dalam diskusi Tips dan Karir Studi di tengah Pandemi secara daring di Jakarta, Senin (15/6).

Kepala Jurusan Music & Sound Design, UniSadhuGuna International College (UIC College) itu memaparkan bahwa musik terus berinovasi dengan proses produksi berbasis teknologi dan sistem distribusi yang cepat seperti streaming. Termasuk juga dengan industri film yang menurutnya saat ini sangat menarik.

“Apalagi didukung dengan fakta bahwa jumlah penonton film Indonesia ternyata paling besar di Asia. Pasarnya luar biasa. Ini adalah kesempatan emas bagi kita untuk mengembangkan industri ini,” jelas peraih Citra Award Best Music Arranger itu.

Aghi menyebut, secara global dan lokal di Indonesia banyak sekali industri yang menggunakan elemen suara. Baik dalam hal suara sebagai konten maupun instalasi sistem suara. Dimana industri tersebut sangat membutuhkan sound design (penata suara) agar bisa memaksimalkan penggunaan elemen suara.

Yakni mulai dari industri musik, film, games, dan iklan. Juga fashion, retail, rumah sakit hingga pabrik pesawat terbang pun membutuhkan penataan suara yang baik. "Jadi bisa dibayangkan besarnya industri yang sangat membutuhkan penataan suara yang baik,” kata Aghi.

Demikian halnya jurusan kuliah Sound Design (penataan suara dan musik) dan fashion yang saat ini masih jarang terdengar di Indonesia. Tetapi bidang ini makin banyak diminati oleh generasi muda.

Hal seiring dengan perkembangan teknologi dan media sosial. Juga industri hiburan lokal maupun internasional, seperti film, game, atau musik.

Dibandingkan luar negeri, lanjut Aghi, Indonesia masih kekurangan talenta di bidang penataan suara, padahal kebutuhannya tinggi. Di industri film misalnya, untuk kalibrasi kualitas audio bioskop per enam bulan sekali oleh Dolby harus mendatangkan ahli dari Australia.

“Di Indonesia belum ada individu yang bisa melakukan hal tersebut. Pertunjukan pertunjukan berskala internasional disini juga sering memilih konsultan audio dari luar. Kita akan mengarah kesana untuk menyediakan talenta-talenta berkualitas di bidang ini,” kata Aghi.

Bidang yang tak kalah banyak peminatnya di Indonesia adalah Fashion Design. Data yang dirilis Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), industri fashion di Tanah Air menyumbangkan18% pendapatan kas negara tahun 2019, yakni senilai Rp1,5 triliun.

Menurut CEO Indonesia Fashion Chamber, Ali Charisma menjelaskan, secara umum tantangan terbesar bagi desainer adalah di pemasaran. Designer memang lebih suka memproduksi daripada menjual.

Hal ini, lanjut Ali, karena untuk mencari sebuah tim yang memiliki kemampuan baik dalam pemasaran fashion tidaklah gampang. "Tantangan berikutnya yang secara umum adalah menemukan DNA brand yang tepat untuk designer,” ungkap dia.

Hal ini juga yang membuat UIC College berkomitmen untuk turut memainkan peran penting dalam melahirkan para pelaku industri ini melalui jurusan Creative Arts (Seni Kreatif) di bidang Sound Design & Fashion. “Kami ingin ambil bagian dalam membangun industri ini dengan melahirkan pelaku industri di bidang seni kreatif yang dapat menembus pasar internasional," kata Head of Campus UIC College BSD, Aimee Sukesna.

Aimee menambahkan, kurikulum yang UiC College terapkan mengadopsi dari Inggris. "Para siswa kami juga langsung diterjunkan dalam ekosistem kreatif, sehingga mereka dapat berkreasi langsung dengan para siswa lainnya dan beberapa praktisi yang bekecimpung di bidang bisnis,desain, fashion bahkan film,” ungkapnya.

Untuk jurusan Fashion, kurikullum dibuat agar Siswa tidak saja belajar teori dan praktek tetapi juga membekali dengan ilmu bisnis. Sehingga ketika lulus dari program tersebut, profesi yang akan disandang pun cakupannya lebih luas dan tidak terbatas sebagai Fashion Designer.

Tetapi bisa juga yakni sebagai Fashion Business Owner, Fashion Merchandiser, dan Fashion Buyer. Atau Fashion Stylist,Textile Designer, Fashion PR dan Fashion Marketing.

510