Home Ekonomi Progres PLTA Kayan, Butuh Waktu Panjang

Progres PLTA Kayan, Butuh Waktu Panjang

Jakarta, Gatra.com –COVID-19 memengaruhi hampir seluruh sektor perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sungai Kayan sebesar 9000 MW di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, juga terkena imbasnya. Proyek kerja sama PT. Kayan Hydro Energy (KHE) dengan Powerchina menjadi terhambat karena tenaga kerja asing dari China belum kembali ke Indonesia.

Meski begitu, Direktur Operasional PT. Kayan Hydro Energy, Khaerony, menyampaikan, pembangunan PLTA Kayan tetap diupayakan secara maksimal. Rencananya, setelah pandemi berangsur surut, pembangunan segera berjalan dengan mengoptimalkan kontraktor dan pekerja lokal.

“Bulan ke-7 atau 8 setelah COVID-19 tidak parah atau aman akan segera mulai bekerja dengan kontraktor dan pekerja lokal sambil tunggu kontraktor dan tenaga ahli dari luar. Pembangunan bendungan tahap pertama ditargetkan selesai empat tahun. Total menjadi lima tahun karena satu tahun untuk pembuatan infrastruktur,“ katanya saat konferensi pers di Gedung The East, Jakarta, Selasa (9/6).

Ia memaparkan, sudah ada beberapa tahapan yang dikerjakan selama ini seperti pengurusan izin, pembebasan lahan di lokasi, dan pinjam pakai kawasan hutan termasuk selama dua tahun ini.

“Kami sudah penuhi kewajiban tatabatas, inventarisir tegakan, penetapan lokasi rehab DAS dan melakukan penanaman tanaman di daerah rehabilitasi DAS (Daerah Aliran Sungai) tersebut. Kewajiban tersebut sudah terpenuhi dan sudah dilakukan audit oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bahkan selama ini kami juga diwajibkan membayar PNBP kawasan hutan dan itu pun sudah terpenuhi dan juga sudah di lakukan audit dari Kementerian. Studi teknis dan kelayakan pun sudah di kerjakan,” tuturnya.

Menurutnya, ini cukup memakan waktu cukup lama karena untuk menentukan titik bendungan perlu kajian yang sangat lama. Terutama mengenai kekuatan pondasi bendungan, tinggi bendungan. Seluruh tahapan tersebut sudah selesai dikaji secara detail, termasuk pekerjaan infrastruktur agar alat-alat berat bisa masuk kelokasi sebelum pembangunan bendungan dan pembuatan jalan.

“Kami juga memikirkan, untuk membuat kawasan industri di Tanah Kuning. Kawasan industri ini menjadi kawasan industri yang strategis karena dilalui jalur alur layar kapal internasional (ALKI2). Di kawasan industri ini, akan memproduksi bahan dasar sampai bahan jadi, seperti smelter aluminium, baja, dan nikel,” katanya.

Setelah itu ada juga pemprosesan baja menjadi bahan konstruksi. Ia menyampaikan, pengerjaan izin,pembebasan lahan di lokasi sudah berjalan sesuai rancangan. Apabila tidak ada hambatan, Khaerony menuturkan, proyek ini membutuhkan waktu sekitar sembilan sampai sepuluh tahun.

Selain itu, ia selalu bersinergi dengan beberapa pihak terkait, salah satunya yaitu Pemprov Kalimantan Utara. Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie sangat mendukung agar pembangunan bendungan segera terealisasi. Pembangunan PLTA Kayan ini akan menjadi multiplier effect terutama bagi perekonomian daerah. Irianto juga bersinergi dan berkoordinasi dengan Pemkab Bulungan bahkan sampai ke kecamatan dan desa daerah pembangunan bendungan PLTA tersebut.

Proyek PLTA sungai Kayan ini akan dibangun lima bendungan. Bendungan pertama menghasilkan 900 Megawatt, bendungan kedua 1.200 Megawatt, bendungan ketiga dan keempat masing masing 1.800 Megawatt, serta bendungan ke lima sekitar 3.300 Megawatt.

“Bendungan besar di Asia saat ini terletak di Serawak, tapi nantinya PLTA Kayan ini akan mejadi terbesar di Asia. Perijinan PLTA panjang. Insyaallah akan segera terbit izin konstruksi bendungan oleh Kementerian PUPR. Ini saja prosesnya bisa dua tahun. Dewan Keamanan Bendungan, terdiri pada ahli dan pakar bendungan di Indonesia. Merekalah yang mengkaji terlebih dahulu. Selain itu juga memikirkan tentang keamanan dan keselamatan bendungan tersebut, selain itu juga kelengkapan AMDAL dan sebagainya,” ucap Irianto.

Menurutnya, pembangunan PLTA memang tahapannya panjang, tidak seperti pembangunan PLTU yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua tahun sampai tiga tahun. Hal ini karena risiko keamanan dan keselamatan pembangunan PLTA lebih besar, sehingga perlu kehati-hatian.

“Artinya, membangun PLTA tidak bisa instan,perlu kematangan dan perijinan panjang. Tidak mudah. Kalau cepat bisa berisiko, semisal bendungan roboh karena tidak mampu menahan air, itu bisa menimbulkan bencana,” tuturnya.

Sebagai informasi proyek PLTA Kayan ini tercetus sejak tahun 2010. PT.Kayan Hydro Energy sudah mengamati dan melakukan studi. Ada tiga hal yang menjadi kendala awal yaitu investasi yang sangat besar, lokasi yang sangat sulit dijangkau dan besar daya yang di hasilkan oleh bendungan PLTA Kayan ini.

1488