Home Ekonomi Guru Hanya Dapat 1% dari BLT-DD? Ini Jawaban Wamendes

Guru Hanya Dapat 1% dari BLT-DD? Ini Jawaban Wamendes

Jakarta, Gatra.com - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamedes PDTT), Budi Arie Setiadi, mengatakan, jika guru di desa hanya mendapatkan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) sebesar 1% karena kemungkinan sudah ter-cover dari BLT lainnya.

"Jadi kalau begitu [hanya dapat 1%], mungkin guru-guru di desa-desa atau guru-guru yang mendapat bantuan dari BLT Dana Desa, sudah di-cover oleh program-program yang lain," kata Budi Arie dalam webinar bertajuk "Sinergi Gerak Masyarakat Menghadapi Dampak Adaptasi Kebiasaan Baru", Selasa (23/6).

Orang nomor 2 di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) ini, menjelaskan, BLT-DD merupakan bantalan terakhir. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bahwa seseorang atau anggota masyarakat itu layak menerima bantuan ini.

"Syarat-syarat penerima Bantuan Langsung Tunai Dana adalah orang-orang atau keluarga di desa yang tidak menerima PKH, yang tidak menerima Bantuan Pangan Nontunai, dan bantuan-bantuan sosial lainnya," kata dia.

Menurut Budi Arie, jika guru hanya mendapat alokasi 1% dalam BLT-DD, kemungkinan mereka sudah ter-cover atau sudah menerima bantuan jaring penganan sosial lainnya dari kementerian lain.

Dengan demikian, lanjut Budi Arie, menjawab pertanyaan peserta webbinar mengapa guru hanya mendapat 1%, padahal mereka merupakan bagian yang ada di garda terdepan selain tenaga medis dalam melawan pendemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19 ini.

"Jadi bukan diabaikan karena jumlahnya 1%, kok guru sedikit, bukan itu, pasti guru-guru itu sudah tercover lewat pintu-pintu bantuan sosial yang lain," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Budi Arie Setiadi juga menyampaikan, ada 1.853.861 orang Relawan Desa Tanggap Covid-19 yang tersebar di 64.921 desa di seluruh Indonesia. "Jadi mari bersama-sama bergotong royong," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubiyanto Wiyogo, menyampaikan, pihaknya menyosialisikan tatanan kehidupan baru (new normal) kepada masyarkat menggunakan basis keluarga.

"Ibu berperan penting sebagai garda terdepan dalam melakukan pencegahan dan penyiapan tatanan pasca-Covid-19. Di dalam kelurga, ibulah yang mengetahui dalam masa pandemi ini maupun perpuan sebagai agen perubahan memasuki masa adaptasi kebiasaan baru," katanya.

Kowani, lanjut Giwo, memfasilitasi kesiapan masyarakat agar mengubah prilaku untuk dapat menjalankan aktivitas normalnya dengan menjalani kehidupan tatatan baru secara produktif dan aman, hidup sehat, meningkatkan daya tahan tubuh, prilaku perubahan, dan mengikuti protokol kesehatan di manapun.

"Kemudian deteksi dan pengembagan tumbuh kembang anak serta memberikan pendidikan dari rumah dengan memperhatikan faktor-faktor intelektual, sosial, emosional, dan moral," ujarnya.

Menurutnya, seseorang yang sehat merupakan hasil didikan di kekuarga dan perempuan memegang peranan penting dalam mendidik atau membiasakan seluruh anggota keluarga untuk menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit, termasuk Covid-19.

"Perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kualitas kesehatan keluarga, termasuk dalam memperkokoh ketahanan mental keluarga," ujarnya.

1024