Home Gaya Hidup Sedekah Bumi Lahar, Wayang Kulit 10 Menit

Sedekah Bumi Lahar, Wayang Kulit 10 Menit

Pati, Gatra.com - Di tengah masa pagebluk, sejumlah daerah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah tetap menggelar ritual Sedekah Bumi. Satu di antaranya di Desa Lahar, Kecamatan Tlogowungu. Hanya saja prosesi adat berjalan singkat dan penuh dengan pembatasan-pembatasan.

Misalnya pagelaran wayang kulit yang normlanya dihelat dengan durasi 8-10 jam, dipangkas menjadi 10 menit saja. Itupun tanpa orkestra gamelan, hanya menampilkan sang dalang dan dua sinden yang mendampingi.

Unsur pendukung pertunjukan pun sangat minimalis, gawang kelir hanya menggunakan rumbaian janur, tanpa blencong, serta simpingan kiwa dan tengen. Sementara sang dalang dan sinden hanya duduk sederhana di atas bangku, saat menyuguhkan sebuah cerita pewayangan di area Punden.

Selain itu, ritual adat lainnya seperti kesenian ketoprak, kirab budaya dan kesenian lokal gong cik ditiadakan untuk tahun ini. Hal ini untuk mencegah kerumunan massa.

“Untuk tahun ini spesial, kami buat sesederhana mungkin untuk menghindari kerumunan orang seperti tahun sebelumnya, hanya pertunjukkan wayang kulit saja karena ini syarat wajib dalam ritual. Sehingga event pelengkap seperti pentas musik, turnamen sepakbola dan volly juga kami tiadakan,” kata Kepala Desa Lahar, Setiawan Budhiaji, Kamis (25/6).

Ia menyebutkan, prosesi sedekah bumi ini tidak bisa serta merta dihilangkan lantaran tradisi yang sudah turun-temurun. Sehingga dalam pelaksanannya dibuat sedemikian rupa dengan tetap memerhatikan physical distancing.

“Sedekah bumi sendiri merupakan wujud syukur kami warga Desa Lahar kepada Tuhan yang telah melimpahkan kesejahteraan dan kesuburan. Tradisi ini kami langsungkan setiap Kamis Pahing pada bulan Apit dalam penanggalan Jawa,” katanya.

Ditambahkan, prosesinya berlangsung satu jam saja. Dimulai dari perangkat desa mengelilingi punden dengan didampingi dalang dan dua sinden. Dilanjutkan dengan memanjatkan bancakan dan doa-doa.

Selepas itu, nasi berkat yang sudah didoakan dibagikan merata kepada para warga desa. Jika pada tahun sebelumnya, gelaran adat ini selalu dipenuhi masyarakat dari luar daerah. Khusus untuk tahun ini, hanya diperuntukkan bagi warga lokal.

“Memang kami punya aturan di tengah pandemi ini, tapi Alhamdulillah semua bisa terlaksana dengan baik. Semoga ke depan desa ini menjadi desa yang semakin tetram dan rakyatnya bisa bekerja dengan lancar dan mendapat barokah,” ujarnya.
1556