Home Ekonomi Survei SMRC: Optimisme Publik Mulai Menguat Soal Ekonomi

Survei SMRC: Optimisme Publik Mulai Menguat Soal Ekonomi

Jakarta, Gatra.com - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terkait dampak ekonomi Indonesia di tengah gempuran pandemi Covid-19. Survei dilaksanakan pada 18-20 Juni 2020 yang melibatkan 1.978 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Secara umum, hasil survei menunjukkan adanya peningkatan optimisme publik akan kondisi ekonomi ke depan. Dalam surveinya, terdapat 71% warga yang merasa kondisi ekonomi rumah tangganya begitu memburuk dibanding sebelum adanya pandemi Corona. Kemudian 76% publik juga mengatakan pendapatan merosot.
 
Meski begitu, ada sekitar 46% warga menilai kondisi ekonomi rumah tangganya akan lebih baik setelah pandemi Corona berakhir. Sementara yang menilai menjadi lebih buruk atau tidak ada perubahan sebanyak 45%.
 
Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando mengatakan bahwa, di sisi lain, survei juga menunjukkan bahwa 85% publik merasa kondisi ekonomi nasional saat ini lebih buruk dibandingkan tahun lalu. Meski begitu, mereka optimis bahwa ekonomi nasional tahun depan akan lebih baik dibanding sekarang.
 
 
"Sentimen negatif paling tinggi terhadap ekonomi nasional mencapai 92% pada 12-16 Mei 2020. Namun setelah itu perlahan menurun menjadi 85% dalam survei terakhir 18-20 Juni 2020," terang Ade saat memaparkan hasil survei pada webinar yang digelar SMRC, Kamis (25/6).
 
Ade juga menyebut persentase publik yang menganggap kondisi ekonomi rumah tangga mereka memburuk mengalami penurunan dibandingkan survei pada 20-22 Mei silam. Pada survei bulan Mei, penilaian negatif bahkan mencapai 83%.
 
"Dibanding bulan lalu (Mei) di mana yang merasa optimis dengan kondisi ekonomi nasional dan rumah tangga hanya 27-29%, optimisme warga sekarang dalam melihat kondisi ekonomi ke depan terlihat sedikit menguat," kata Ade.
 
Sementara itu, berdasarkan analisis demografi tentang pengaruh ekonomi karena wabah Corona, kelompok warga yang mendapat penghasil harian lebih banyak yang menilai kondisi ekonomi rumah tangga memburuk. Seperti sopir, ojek, dan pedagang warung atau pedagang kaki lima (PKL).
162