Home Ekonomi Sempat Anjlok, Harga Kopi Arabika di KBB Mulai Stabil

Sempat Anjlok, Harga Kopi Arabika di KBB Mulai Stabil

Bandung, Gatra.com - Pandemik COVID-19 membuat harga Kopi Arabika di Kabupaten Bandung Barat (KBB) sempat anjlok. Pada awal Maret 2020, harga gabah kopi atau coffee cherry menyentuh angka terendah Rp4.500 per kilogram. 
 
Meski begitu, geliat roda ekonomi pasca penerapan new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) membuat harga kopi Arabika di KBB kini mulai stabil. Berdasarkan catatan Dinas Pertanian, harga kopi Arabika kini berkisar antara Rp6.500 - Rp 8.200 per kilogram. 
 
"Harga Kopi Arabika kini mulai stabil di angka Rp 8.200 per kilogram. Sebelum pandemik harga normal kopi Rp11.000 per Kg, ini lebih baik dibanding awal pandemi yang sempat menyentuh Rp.4.500 per kilogram," kata Sekertaris Dinas Pertanian KBB, Heru BP, Kamis (25/6).
 
Heru menjelaskan, harga kopi merosot disebabkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga permintaan pasar menurun karena sektor hilir ditutup. 
 
Selain itu, pandemik COVID-19 juga membuat alur distribusi kopi terhambat karena pengiriman barang untuk konsumen lokal dan luar negeri dihentikan sementara. "Saat PSBB restoran, cafe, dan hotel tutup, tentu permintaan pasar jadi menurun," jelas Heru.
 
Agar petani tidak merugi, Heru menyarankan para petani menyimpan sementara kopi hasil panen tahun ini, sampai harga stabil. Jika mesti menjual, ia menyarankan pemasaran dilakukan secara digital. 
 
"Kopi ini kan komoditi yang cukup tahan lama, kita sarankan disimpan dulu. Kalau harus dijual, kita dorong petani memasarkan secara online melalui e-commerce," pungkasnya. 
 
Dinas Pertanian mencatat, produksi Kopi Arabika KBB tahun 2019 mencapai 824,7 ton green beans. Dengan jumlah petani 3.097 KK di lahan seluas 2.581 hektare.
 
Pada sisi produksi, industri pertanian kopi tahun 2020 ini tidak cukup terpengaruh oleh wabah Corona. Bahkan, hasilnya bisa lebih besar dari tahun sebelumnya, karena program rehabilitasi tanaman, bantuan pupuk, bibit, dan sarana budi daya telah dilakukan pasca pandemi. 
 
"Di beberapa daerah saat ini bahkan tengah panen. Yang justru paling terpengaruh adalah sektor hilir, karena harus tutup sementara," pungkasnya. 
 
474