Home Ekonomi Kepala BKKBN: Pendidikan Seks Bukan Hal Tabu

Kepala BKKBN: Pendidikan Seks Bukan Hal Tabu

Jakarta, Gatra.com- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menilai pendidikan seks bukan menjadi hal tabu. Menurutnya, remaja perlu diajarkan mengenal organ tubuh vitalnya untuk mengamati tingkat kenormalan tubuhnya.

“Sekarang ini banyak model tidak tabu. Kita ingin menjelaskan pentingnya kesehatan. Semisal anak perempuan berusia 14 tahun belum menstruasi, cek rambut di ketiak, apakah sudah tumbuh atau belum. Apakah payudaranya tumbuh atau tidak. Kalau tumbuh, tidak apa-apa, tunggu sampai usia 16 tahun. Kalau [sudah berusia] 16 tahun, tetapi tidak mengalami menstruasi, lakukan pemeriksaan kromosom,” tuturnya dalam webinar “Peran Penting Pendidik Sebaya dalam Kegiatan di Masa Pandemi dan New Normal” yang diadakan BKKBN, Jumat (26/6).

Menurutnya, saat ini membahas kesehatan reproduksi cukup penting. Guru dapat menunjukkan gambar animasi untuk menjelaskan kondisi tubuh manusia. Selain itu, bisa menggunakan batu sebagai alat peraga.

“Guru olahraga, bisa menjelaskan ukuran testis yang normal. Batu dibikin berapa ukuran, hanya meraba batu itu bisa mengetahui mana yang normal dan tidak normal. Ini teman-teman spesialis andrologi punya itu. Banyak yang bisa dilakukan dan tidak tabu,” katanya.

Ada banyak cara untuk mengajarkan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Melalui rangkaian pola pembelajaran yang kreatif, anak muda akan lebih aware terhadap tubuhnya. Hasto berharap, remaja akan mendapatkan penanganan medis apabila ditemui kondisi ketidaknormalan,

Selain itu, Kepala BKKBN mengimbau masyarakat agar mempertimbangkan kehamilan. Banyak anggapan, banyak anak menjadi banyak rezeki. Mereka terkadang tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi.

“Syarat mengurus anak, banyak. Rezeki itu kan dijemput. Jangan sampai kita tidak menyempurnakan ikhtiar. Apakah menjemput rezeki itu udah maksimal. Orang sulit menjemput rezeki, tidak pas anaknya banyak. Mereka memahami kemampuan dan tanggung jawabnhya. Kesehatan reproduksi. Isi pemikiran mereka dengan pengetahuan, mengubah mindset, mengubah perilaku,” katanya.

163