Home Ekonomi Terdampak Ekonomi, Ratusan Seniman Pati Gelar Aksi

Terdampak Ekonomi, Ratusan Seniman Pati Gelar Aksi

Pati, Gatra.com - Ratusan seniman menggelar aksi damai di kawasan Alun-alun Simpang Lima Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (9/7). Dalam aksi yang diwarnai potong tumpeng dan doa bersama itu, mereka berharap pagebluk cepat berlalu. Terlebih meminta pemkab mengizinkan pagelaran seni, meski dengan protokol kesehatan.

Diketahui di Pati, sedikitnya ada 3.000 pegiat seni dengan rincian orkes dangdut 160 kelompok, 15 kelompok ketoprak, dalang wayang kulit dan karawitan 25 kelompok, 10 kelompok tayub, 10 kelompok kesenian barongan, sedangkan jasa sound system sebayak 160 kelompok. Sementara perkiraan kerugian secara kumulatif selama masa pandemi Covid-19 sebesar Rp316.800.000.000. Atau dalam perhari kerugian ditaksir mencapai Rp3.520.000.000 dalam kurun waktu hampir empat bulan.

Pegiat Seni Ketoprak, Suryanto Genjik mengatakan, selama empat bulan ini para seniman di Pati yang berjumlah ribuan kesulitan secara ekonomi. Untuk itu, pihaknya meminta agar pihak pemerintah daerah memberikan kelonggaran pentas kesenian.

“Kami seniman sangat terpuruk secara ekonomi, selama empat bulan ini tidak dapat bekerja. Tolong biarkan kami pentas, kami patuh dan siap menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya dengan berlinang air mata, Kamis (9/7).

Ia mengaku sangat memahi jika di masa pagebluk, kegiatan yang mengundang kerumunan massa tidak dianjurkan. Meski begitu pihaknya meminta pemerintah untuk memberikan kebijakan dan perhatian kepada para pegiat kesenian.

“Mall buka, pasar buka, kami juga butuh makan seperti manusia lainnya. Saya mohon izinkan kami beri jalan untuk bekerja. Kami tahu ini merupakan musibah nasional, tapi kalau ini terus berlanjut bagaimana kami menafkahi anak-istri kami,” kata warga Kaliampo, Margorejo, Pati itu.

Dalam pandangan yang sama, Yeyen yang juga pegiat kesenian meminta agar melonggarkan sedikit kebijakannya kepada para pekerja seni di Kabupaten Pati. Ia juga berharap pemkab tidak tebang pilih menerapkan kebijakannya.

“Katanya dipikirkan, tapi kok dipikirkan saja. Kami tahu peraturan, tetapi yang lain buka, mall buka, pasar buka, bahkan karaoke buka, kami juga butuh makan mas,” tuturnya.

Lebih dari itu, pihaknya tidak ingin menjadi beban negara dengan bantuan. Namun dengan kreatifitasnya mereka ingin menghidupi diri dan keluarganya dengan pentas seni, meski dengan penuh pembatasan.

853