Home Ekonomi Pandemi Covid-19, Usaha Batik Alami Penurunan Penjualan

Pandemi Covid-19, Usaha Batik Alami Penurunan Penjualan

Solok, Gatra.com - Mewabahnya Pandemi Covid-19 tidak hanya semata-semata berdampak pada bidang kesehatan, namun juga mulai menggerogoti omset Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di Kota Solok seperti halnya kerajinan Batik tulis dan batik Cap Mimi, yang dikelola Mimi bersama suaminya Nanang Suhardis, yang terletak di Jalan Sapta Marga Banda Balantai Kota Solok, Sumatera Barat.

Pengelola usaha Batik Cap Mimi, ini mulai merasakan terjadinya penurunan omzet hingga 85% terhitung sejak Maret 2020.

“Menurunnya daya beli masyarakat pada saat sekarang ini membuat kami pemilik usaha Batik Mimi, mesti putar otak agar usaha ini terus berjalan dan bertahan, dengan gencar melakukan pemasaran produknya melalui sosial media Instagram batik_tarancak_ khas_solok. Meski omset terus menurun drastis dari hari biasanya,” katanya.

"Pandemi Covid Covid-19 ini sangat berdampak pada perkembangan usaha kami, terlihat pada penurunan omset hingga 85%, dari biasanya dengan berpenghasilan Rp10 juta perbulannya, merosot drastis sekitar Rp3, juta perbulannya sejak Maret ini," tambah Mimi.

Mimi mengaakui masih memiliki keinginan yang kuat, serta harapan besar bisa menguasai pangsa pasar nasional, Batik Mimi Kota Solok yang dirintis sejak tahun 2013 ini mulai merasakan dampak Covid-19, baik dari segi produksi maupun pemasaran.

Dikatakan, dari segi produksi harga bahan baku juga mulai mengalami kenaikan dari pewarna batik dihargai Rp 200 ribu perkilonya, dan kain dihargai Rp 150 per meternya.

"Kenaikan harga bahan baku ini turut membuat kami kesulitan, tetapi untuk menyiasatinya kami mulai memproduksi Batik dengan warna alam yang diambil dari tumbuhan liar yang ada diperkarangan sekitar rumah, seperti tanah merah, daun Sikaduduk, dan lainnya," ungkap Mimi.

Dalam menjual produknya, Mimi Batik mematok harga batik Cap mulai dari harga Rp150 ribu, dan Batik tulis Rp500 ribu. Harga ini berbeda untuk diuar Kota Solok, bisa mulai dari harga Rp1,2 juta untuk batik tulis yang sama, namun sedikit berbeda dengan bahan pewarnanya.

"Harga ini memang berbeda, Karena melihat minat pecinta batik diluar Kota Solok sangat tinggi, dan mereka lebih mengutamakan kualitas batiknya, sehingga kualitasnya kita tingkatkan, dan harganya juga lebih mahal, itu tidak menjadi penghalang," ungkapnya.

Namun sayang, disaat Pandemi ini pesanan Batik Mimi mulai sepi, dan modal usaha mulai menipis. Meski sebelumnya penjualan Batik Mimi sudah dikenal sampai Bali, dan bahkan pernah digunakan oleh Penari perwakilan Provinsi Sumatera saat pergelaran penmapilan seni pada bulan November 2019 di Amerika.

Mimi berharap Peranan pemerintah untuk memakai produk UKM harus ditingkatkan karena saat sekarang kalau diandalkan kunjungan dari luar daerah masih sangat susah.

"Rasa kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran wabah Covid-19 masih tinggi, sehingga kunjungan ke daerah mulai dibatasi, dan ini berdampak pada omset kami," katanya.

Biasanya sebelum Pandemi, lanjut Mimi, pengiriman rutin sebanyak 10 helai batik dalam sebulan, dan bahkan lebih sesuai dengan permintaan pelanggannya. Sejak Pandemi hingga saat ini pengiriman hanya berdasarkan orderan saja.

Wakil Wali Kota Solok Reinier juga membenarkan, merosotnya omset sejumlah usaha yang dikelola masyarakat mulai dirasakan, karena masyarakat juga menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. 

“Memang tidak bisa dipungkiri dimasa pandemi Covid-19 ini sejumlah kegiatan ekonomi UMKM mulai melemah," katanya.

Terkait bantuan untuk UMKM yang terkena dampak Pandemi Covid-19, akan membicarakan dengan pihak terkait termasuk Wali Kota dalam waktu dekat ini.

“Kami akan usahakan bantuan untuk UMKM yang terkena dampak Covid-19, tapi kami usulkan dan rundingan terlebih dahulu dengan semua pihak," katanya.

3683