Home Politik Hoaks dan Pandemi Jadi Ancaman Pilkada 2020

Hoaks dan Pandemi Jadi Ancaman Pilkada 2020

Solo, Gatra.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 kali ini mempunyai tantangan lebih berat dibandingkan pesta demokrasi pada umumnya. Selain persoalan hoaks, pada Pilkada 2020 mendatang, ancaman pandemi covid-19 juga menjadi persoalan.

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi mengatakan tantangan selama Pilkada tidak hanya dihadapi oleh para penyelenggara pemilu saja. Namun para penegak hukum juga memiliki tantangan berat dalam pelaksanaan Pilkada 2020 mendatang.

”Penegak hukum juga bertugas dan wajib menerapkan protokol kesehatan. Makanya kami juga harus membekali personel selama bertugas dalam Pilkada mendatang,”ucapnya dalam diskusi bertajuk "Pilkada Serentak Jateng 2020 Aman dan Bergembira Tanpa Provokasi", yang digelar secara online melalui aplikasi Zoom, Rabu (22/7).

Untuk pengamanan Pilkada, Polda Jawa Tengah menyiapkan sebanyak 14.575 personel. Sementara itu 720 anggota Brimob juga akan disiagakan untuk Pilkada ini. Nantinya personel ini akan bertugas di 44.385 tempat pemungutan suara (TPS).

Selain protokol kesehatan, Pilkada kali ini juga mewaspadai mengenai isu penyebaran kebohongan. Sebab hoaks menjadi persoalan utama selama pelaksanaan pesta demokrasi. ”Banyak sekali hoaks atau berita bohong. Sehingga kami membentuk tim khusus untuk menindak tegas pelanggaran hoaks yang dipimpin Ditreskrimsus Polda Jateng,”ucapnya.

Sementara itu Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, Anita Wachid mengatakan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir, menjelang pemilu isu-isu bohong selalu marak berhembus di masyarakat. Pada 2018 lalu, menjelang Pilkada, rerata ada 60 berita hoaks dalam satu bulan.

”Mayoritas isinya yakni black campaign yang menyerang pihak tertentu. Biasanya di Indonesia menyerang mengenai isu agama, ras, ideologi paling banyak untuk materi hoaks," jelasnya.

Penyebaran hoaks ini kerap dijadikan senjata untuk menyerang kubu lawan politiknya. Informasi palsu ini dipercayai masyarakat dan disebar menjadi kebencian. ”Inilah yang mengikis rasa persaudaraan karena dipenuhi rasa kebencian yang tak rasional selama bertahun-tahun sejak 2014 hingga saat ini,”ucapnya.

307