Home Politik Begini Pandangan Sekjen PDIP Soal Pilkada di Masa Pandemi

Begini Pandangan Sekjen PDIP Soal Pilkada di Masa Pandemi

Jakarta, Gatra.com - Pilkada serentak 2020 yang dilaksanakan di tengah masa pandemi covid-19 bukanlah hambatan bagi PDI Perjuangan (PDIP). Sebab kesiapan infrastruktur partai hingga model kampanye secara virtual terus dimantapkan oleh partai itu.

 

Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, menjawab wartawan di sela-sela penyerahan daftar kepengurusan daerah PDIP ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), di Jakarta, Selasa (4/8). Hadir bersama Hasto adalah Wasekjen Arif Wibowo dan Kepala Sekretariat DPP PDIP Yoseph Aryo Adhi Dharmo.

 

"Terkait kampanye virtual, selama masa pandemi saja, itu kami sudah mengadakan rapat partai sudah 69 kali. Sebagian besar menggunakan virtual. Sehingga PDI Perjuangan telah mengupgrade kemampuan sumber daya internalnya, sehingga terkait kampanye virtual itu kami siap untuk menjalankannya," kata Hasto.

 

Untuk strategi,lanjut Hasto, PDIP selalu mengedepankan gotong royong sebagai yang utama. Sebab di era kontestasi politik yang diwarnai pertarungan kapital, PDIP justru melakukan berbagai langkah bersama demi agar beban yang ditanggung calon tidak terlalu berat.

 

"Karena itulah mereka yang sudah ditetapkan PDI Perjuangan sebagai petugas partai di pilkada, wajib hukumnya bagi seluruh simpatisan, anggota, untuk memberikan dukungan bergerak bersama dengan penuh disiplin dan juga dipimpin oleh ideologi," ucap Hasto.

 

Dan terbukti, dengan strategi itu, dari pilkada 2015, 2017, dan 2018, maka PDIP bisa mendapatkan dukungan dan dipercaya rakyat sebagai partai yang paling banyak memenangkannya. Baik ditinjau baik dari persentase secara keseluruhan, maupun jumlah kader yang ditempatkan sebagai calon.

 

Hasto juga mengatakan bahwa kondisi pandemi covid-19 justru menjadi situasi yang mewajibkan perhelatan pilkada tak seharusnya diundur seperti permintaan sejumlah pihak. Sebab bagi PDIP, paparan covid-19 tergantung dari sejauh mana kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan bisa dilaksanakan. 

 

Dan lagipula, bila pilkada ditunda, justru akan menciptakan resiko politik baru. Hasto menjelaskan alasan karena dalam menghadapi krisis kesehatan semacam ini, justru diperlukan legalitas yang sangat kuat dari pemimpin di daerah. Jika pilkada ditunda, maka kepala daerah yang rata-rata masa tugasnya habis pada Februari 2021, terpaksa harus digantikan pelaksana tugas (Plt). 

 

Nah, jika Plt, maka sang pejabat takkan punya kewenangan politik membuat kebijakan strategis di daerah dalam menangani masalah akibat pandemi covid-19.

 

"Sehingga justru ketika pilkada bisa dijalankan on schedule yaitu pada tanggal 9 Desember itu, menunjukkan bahwa nantinya itu terkait dengan periodisasi masa jabatan yang akan berakhir pada bulan Februari. Sehingga rakyat juga mendapat kepastian legalitas pemimpin yang nanti akan dihasilkan dari Pilkada ini," ujarnya.

 

Maka itu pula, di pilkada serentak kali ini, Hasto meyakini bahwa rakyat akan menjadikan kemampuan menghadapi pandemi covid-19, sebagai faktor utama dalam menentukan calon kepala daerah pilihannya. 

 

"Justru dalam kampanye itu kami meyakini rakyat akan bertanya bagaimana komitmen calon di dalam mengatasi pandemi di dalam membangun suatu imunitas dari setiap warga negara. sehingga kita bisa mengatasi secara bersama-sama," kata Hasto.

 "Justru di balik krisis, sekali lagi kami meyakini akan muncul pemimpin yang punya komitmen yang sangat kuat untuk bersama-sama dengan rakyat mengatasi pandemi tersebut," imbuhnya.

 

 

344