Home Kesehatan Dari 61.646 Balita Karanganyar, 1,3 persen Alami Gizi Buruk

Dari 61.646 Balita Karanganyar, 1,3 persen Alami Gizi Buruk

Karanganyar, Gatra.com - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar menemukan empat balita alami gizi buruk. Kondisi tersebut dipicu penyakit yang diderita balita tersebut.

Kabid Kesehatan Masyarakat DKK Karanganyar, Nuk Suwarni mengatakan, data tersebut tercatat hingga akhir Februari 2020 saat penimbangan serentak. Berdasarkan parameternya, empat balita usia 0-5 tahun mengalami gizi buruk atau 1,3 persen dari total populasi 61.646 balita. Angka ini membaik dibanding penimbangan serentak pada Agustus 2019 sebanyak 1,5 persen balita alami gizi buruk dari total 62.481 balita.

“Empat balita itu alami gizi buruk bukan karena orangtuanya yang miskin sulit memenuhi kebutuhan nutrisi. Empat balita itu menderita penyakit bawaan sehingga bobot badannya kurang. Seperti kelainan jantung,” katanya kepada Gatra.com di ruang kerjanya, Rabu (5/8).  

Kepada empat balita ini, petugas Posyandu melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan berupa telur, susu dan sebagainya yang diberikan rutin per pekan maupun bulanan. Pandemi Covid-10 tak menghalangi pemberian PMT dalam kasus ini.

Nuk mengatakan dilakukan berbagai penyesuaian kegiatan Posyandu selama Pandemi Covid-19. Terutama pada pemberian vitamin dan PMT. Penyelenggaraan Posyandu tergantung kebijakan pemerintah desa/kelurahan dengan mempertimbangkan zona paparan Covid-19.  

“Protokol kesehatan mutlak. Diatur jadwalnya agar enggak berbarengan demi menjaga jarak aman. Diatur oleh Pemdes, baiknya bagaimana. Juga kesediaan orangtua mengikutkan buah hatinya di Posyandu,” katanya.

Dalam protokol kesehatannya, vitamin yang biasanya diberikan ke anak di Posyandu, sekarang tak berlaku. Vitamin tersebut diberikan ke orangtua dalam kemasan. Tujuannya agar mereka meminumkannya saat di rumah. Aturan serupa pada PMT.

“Makanan gizi dikemas rapat agar dibawa pulang. Enggak ada makan bersama di Posyandu. Setelah ditimbang langsung pulang,” jelasnya.

Nuk mengatakan sosialisasi tentang tumbuh kembang anak yang biasanya langsung disampaikan secara tatap muka beralih ke daring. Kelas ibu dan balita dipindah ke grup pesan Whatsapp.

“Perkembangan anak harus terus diawasi dan diamati. Terkait asupan nutrisi dan pendauan-pandauannya disampaikan ke WA grub kelas ibu dan balita,” katanya.

146