Home Ekonomi Bos BEI: Pasar Saham Sudah Lemah Sebelum Covid Merebak

Bos BEI: Pasar Saham Sudah Lemah Sebelum Covid Merebak

Jakarta, Gatra.com - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengungkapkan, kondisi pasar saham sudah mengalami perlemahan jauh sebelum wabah Covid-19 menyerang Indonesia. Bahkan, sejak Januari hingga 2 Maret, saat pertama kali Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua orang yang positif Covid, bursa saham sudah mengalami koreksi sebesar 13,22 persen.
 
"Dan setelah 2 Maret, drop cukup jauh, tapi tidak sejauh dari januari sampai pre-Covid-19, turun jauh, tapi turunnya adalah -4,05 persen (setelah Covid masuk Indonesia)," katanya dalam diskusi Virtual LPPI, Kamis (13/8). 
 
Menurut Inarno, kondisi itu terjadi karena para investor saham yang menjual sahamnya dengan harga rendah (price in), untuk menghindari kerugian. Pasalnya, meski virus Corona baru belum masuk ke Indonesia sebelum 2 Maret, namun sudah banyak negara tetangga yang telah terserang wabah. 
 
Sehingga mereka menyadari, cepat atau lambat, wabah juga akan menyebar sampai ke Indonesia. "Sebelum Maret, (negara) sekeliling sudah, kita belum. Nah, pada saat itu mereka sudah price in di harga-harga saham tersebut (yang sudah ditawarkan dengan harga murah)," imbuhnya.
 
Selain itu, kondisi lemahnya bursa saham nasional juga terlihat dari rata-rata transaksi harian yang juga mengalami penurunan sejak Januari lalu. 
 
Menurut data BEI, rata-rata transaksi harian saham mencapai Rp9,19 triliun dan menurun pada Januari, menjadi Rp6,4 triliun. Namun kemudian berangsur membaik, meski belum kembali ke rata-rata transaksi harian semuala, yakni di Februari menjadi Rp6,6 triliun, Maret Rp7,9 triliun, April Rp6,8 triliun, Juni Rp9 triliun, dan Juli Rp7,7 triliun. 
 
"Kalau kita lihat dari reratanya pun, rata-rata harian transaksinya, kita lihat bahwa confidance (investor) sudah terlihat mulai bulan Maret," ujar Inarno. 
 
Meski kinerja bursa saham nasional mengalami penurunan cukup dalam, kata Inarno, kondisi itu masih jauh lebih baik, jika dilihat secara stretch kinerja pasar saham selama 10 tahun terakhir. Sebab, selama 10 tahun terakhir, dibanding Singapura yang justru terkontraksi mencapai -12,15 persen dan Filipina yang pertumbuhannya hanya sebesar 91,50 persen, Indonesia masih mengalami pertumbuhan sebesar 102,97 persen.
 
Sementara itu, di sesama negara Kawasan, Thailand hanya mencatatkan pertumbuhan sebanyak 80,30 persen, Vietnam sebesar 70,07 persen dan Malaysia sebesar 23,99 persen. "Kta lihat bahwasanya memang kita punya performance itu tidak jelek-jelek amat. Kita dibandingkan dengan negara lain, masih terbilang bagus," tandas dia.
360