Home Ekonomi Kontribusi Swasta Menuju Ketahanan Iklim Nasional

Kontribusi Swasta Menuju Ketahanan Iklim Nasional

Jakarta, Gatra.com- Demi mendukung penurunan emisi gas rumah kaca dan pembangunan rendah karbon yang menjadi target, pemerintah telah mengintegrasikan perubahan iklim serta bencana ke dalam perencanaan pembangunan baik di level nasional maupun daerah. Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ruandha Sugardiman menuturkan, Indonesia memiliki komitmen net-zero emission pada 2050. Salah satu langkahnya yakni memperkuat kerja sama dengan sektor swasta.

Ruandha mengatakan sebagai pemilik hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia berperan besar atas mitigasi perubahan iklim dunia. Dari upaya mitigasi perubahan iklim, pemerintah berkomitmen menurunkan emisi GRK Indonesia sebesar 29% dibandingkan business as usual (BAU) scenario dengan sumber daya sendiri dan bisa mencapai 41% dibandingkan dengan BAU dengan bantuan dunia internasional pada tahun 2030 nanti.

"“Ini merupakan kepedulian terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu mengampanyekan pola perilaku ramah lingkungan. Kita saling bersinergi mulai dari pemerintah hingga swasta. Swasta juga mendorong riset ramah lingkungan,”ungkap Ruandha Sugadirman dalam webinar bertema “Pathways to National Climate Resilience” yang diselenggarakan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) yang menggandeng KLHK serta Bappenas, Kamis (13/8/2020).

Sektor bisnis utamanya, berperan besar dalam membantu pencapaian rencana ini. IBCSD dengan jejaring di level global, tengah mendorong perusahaan anggotanya untuk bersama-sama memberikan statement sebagai suara bersama dari sektor swasta. Hal ini untuk melindungi, memulihkan, dan menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Sustainability bukan lagi sekadar ajakan untuk menjaga lingkungan, tapi sudah menjadi salah satu penentu daya saing sebuah bisnis. Beberapa contoh dilakukan oleh anggota IBCSD, yang menggambarkan bahwa sektor swasta memiliki peran yang besar dalam mendukung ketahanan iklim nasional. [Selain itu] tercapainya target-target Sustainable Development Goals [SDGs] dengan upaya melindungi dan memperbaiki penggunaan ekosistem di Indonesia,” kata Chairman IBCSD Sihol Aritonang dalam sambutannya.

Sihol juga juga menyampaikan apresiasinya kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang telah mendukung pemulihan ekosistem. Ia memaparkan, pada akhir tahun 2019, ada beberapa contoh tindakan yang dilakukan sektor swasta.

Untuk menjaga ketahanan iklim nasional, PT Vale Indonesia Tbk membuat peta jalan untuk mengurangi emisi rumah kaca. Langkah ini berpotensi mengurangi emisi hingga 33%. Kemudian, IAM Indonesia memiliki target science based yang sejalan dengan tujuan SDG nomor 13 yaitu tindakan memerangi perubahan iklim dan dampaknya.

Selain itu, APRIL Group, pada 2013 menginisiasi program Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengonservasi ekosistem di lahan gambut. Selain itu juga turut serta menjaga stok karbon dan melestarikan keanekaragaman hayati di konsesi seluas 150.693 ha di Provinsi Riau, setara dengan luasan dua kali wilayah Singapura.

“Jelas kalau sektor swasta memiliki ruang besar tercapainya target SDG, mengenai penggunaan ekosistem. Kita selalu berkolaborasi dengan pemerintah mengatasi perubahan iklim global guna mencapai kesejahteraan ekonomi,” katanya.

Menurutnya, sektor bisnis mendukung SDG perusahaan melalui transformasi dan kolaborasi. Khususnya mempercepat aksi menghadapi risiko perubahan iklim. Tidak hanya baik untuk lingkungan dan swasta, tetapi juga dari sisi competitive business.

External Affairs Director Restorasi Ekosistem Riau (RER) Nyoman Iswarayoga berpendapat, untuk mengelola lingkungan guna mewujudkan ownership, harus memiliki kesamaan visi. Mengamati kekayaan lahan gambut, tidak hanya melihat sisi keuntungan saja, tetapi juga perlu melakukan restorasi hutan.

“Keberadaan RER merupakan peran sektor bisnis dalam turut menjaga dan meningkatkan ketahanan iklim nasional. Program RER membantu menjaga keanekaragaman hayati yang beberapa di antaranya endemik Sumatra dan untuk terus menyediakan jasa lingkungan bagi masyarakat," kata Nyoman.

IBCSD Web Series pada Kamis (13/8) bertemakan “Pathway to National Climate Resilience” menghadirkan beberapa pembicara yaitu Chairman IBCSD, Sihol Aritonang; Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ruwanda Sugardiman; Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas, Arifin Rudiyanto; Direktur Energi dan Lingkungan PT Vale Indonesia Tbk, Abu Ashar; Direktur Restorasi Ekosistem Riau (RER), Nyoman Iswarayoga; Country Representative Global Green Growth Institute (GGGI) Indonesia, Marcel Silvius; Mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim; dan Executive Director Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani. (Adv)