Home Milenial Indonesia Bisa Maju, Jika Pendidikan Vokasi Juga Maju

Indonesia Bisa Maju, Jika Pendidikan Vokasi Juga Maju

Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto, meyakini resep suatu negara untuk bisa menjadi negara maju dengan mendorong kemajuan pendidikan vokasi dalam negeri.

Wikan mencontohkan, negara yang memiliki kemajuan seperti di Jerman, Jepang, dan Swiss merupakan bukti nyata. Kemajuan vokasi dapat menjadi tulang punggung kemajuan sebuah negara.

Pendorongan peningkatan pendidikan Vokasi juga diakui Wikan merupakan kunci apabila Indonesia ingin menjadi negara maju.

" Itu sudah terbukti, jadi sekalinya tidak susah cari resep agar Indonesia bisa meloncat teknologinya, kemartabatannya, kepemimpinannya. Salah satunya adalah memajukan pendidikan vokasi di Indonesia dan itu komprehensif. Tidak hanya Politeknik, tapi juga SMK dan juga Lembaga Kursus dan pelatihan," kata Wikan dalam  Giat Talkshow Daring, Selasa(18/8).

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Vokasi, Kemendikbud saat ini tengah menggaungkan "Pernikahan Masal" antara Pendidikan Vokasi dan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Pendidikan vokasi yang dimaksud tidak hanya politeknik saja, tetapi juga SMK dan juga Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) yang jumlahnya mencapai 17.000 lembaga. 

"Kemudian SMK ada 14.000 sekolah, perguruan tinggi vokasi ada sekitar 2.000 kampus dan itu yang harus dilakukan pernikahan massal antara pendidikan vokasi dengan industri dan dunia kerja," ujar Wikan.

Ke depannya, hal yang harus menjadi catatan bagi pendidikan vokasi yakni melakukan riset hingga sektor hilirisasi.

Wikan menekankan, jangan sampai, nantinya inovasi yang dihasilkan dari sekolah SMK justru tidak terserap konsumen. Ini karena tidak adanya keselarasan akan produk yang dihasilkan, dengan yang dibuat pasar.

"Sebelum membuat inovasi, maka tolong mindset-nya itu harus start forum the end. Artinya, konsumennya itu ada atau tidak. Jangan sampai sudah kita riset sampai tingkat yang sangat top, nanti ketika sudah jadi bingung yang beli siapa," tutur Wikan

Saat melakukan pemantauan, Wikan masih menemukan fenomena hasil produk vokasi yang justru tidak dilirik oleh pasar. Alasannya tidak sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karenanya, Dirjen Vokasi Kemendikbud akan menumbuhkan mindset tersebut melalui kurikulum magang dan riset bersama.

"Nah mungkin ini yang harus kita perbaiki. Sejak awal pernikahan link and match itu selain bikin kurikulum magang, itu juga merancang riset bersama. Nanti ketika sudah jadi alat atau peralatan ini, paying customer sudah nunggu cuma tinggal ambil," pungkasnya.

234