Home Politik SMRC: Dukungan Pemimpin Otoriter Meningkat Di Masa Pandemi

SMRC: Dukungan Pemimpin Otoriter Meningkat Di Masa Pandemi

Jakarta, Gatra.com - Lembaga penelitian Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memaparkan bahwa ada peningkatan persentase warga yang mendukung pemimpin otoriter, antara sebelum dan sesudah wabah Covid-19.

Temuan itu didapatkan dari hasil survei yang dilangsungkan pada 12-15 Agustus 2020. Para responden ditanya beberapa hal, yakni terkait pemimpin yang tak dipilih rakyat, yang tak dikontrol DPR, dan menghapuskan pemilihan umum.

Dalam keterangan resminya, pendiri SMRC, Saiful Mujani menyebutkan sebelum Covid-19 yang mendukung pemimpin otoriter hanya 7%. Setelah masuk masa Covid-19 dukungan pada otoritarianisme itu naik menjadi 12%.

Responden juga ditanya apakah akan mendukung tentara aktif memimpin pemerintahan. Sebelum masa Covid-19 dukungan pada pemerintahan di bawah kepemimpinan tentara aktif mencapai 24%. Namun hasil survei yang telah memasuki masa Covid-19 dukungan pada rezim militer naik menjadi 31%.

Saiful mengatakan kisaran angka tersebut masih aman, dalam arti masyarakat masih mendukung demokrasi. “Jadi secara umum publik masih mendukung demokrasi. Tapi Covid-19 menurunkan tingkat dukungan tersebut secara signifikan, walau tidak sampai ke titik di bawah angka psikologis 50%," kata Saiful, Minggu (23/8).

Sebelumnya, survei SMRC dilakukan setelah terbitnya laporan evaluatif lembaga kajian internasional Varieties of Democracy Institute (V-Dem) yang menunjukkan Covid-19 berdampak negatif terhadap banyak negara demokratis. Sebelum Covid-19, sepertiga negara demokratis di dunia memang mengalami kemunduran berdemokrasi, namun dengan merebaknya Covid-19 kemunduran tersebut bertambah laju dan meluas.

SMRC memetakan kembali apakah kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kepercayaan publik pada demokrasi, yang diukur oleh penilaian terhadap keterlibatan militer dalam kepemimpinan nasional.

Rentetan temuan itu disampaikan dalam rilis survei “Kondisi Demokrasi di Masa Covid-19” pada Minggu, 23 Agustus 2020 di Jakarta. Survei nasional tersebut dilakukan pada 12-15 Agustus 2020 dengan melibatkan 2202 responden yang diwawancara melalui telepon yang dipilih secara acak. Margin of error diperkirakan +/-2.1%. 

1352