Home Ekonomi Akselerasi Tesla di Indonesia

Akselerasi Tesla di Indonesia

 

Penjualan Tesla di Indonesia cukup bagus. Konsumen didominasi kalangan artis, pengusaha, dan politisi. Harga masih terlalu mahal.

 

Tesla Cybertruck digadang-gadang bakal menjadi mobil listrik paling laris penjualannya secara global. Konon, meski belum dirilis resmi, daftar pemesan mobil listrik tipe truk besutan Tesla, pabrik otomotif spesialis mobil listrik asal Amerika Serikat, sudah mengantre. Di Indonesia saja tercatat sudah ada 20-an pemesan. Padahal, diperkirakan produknya baru bisa masuk ke Jakarta pada 2022. Tingginya animo pemesan, lantaran Tesla Cybertruck diklaim memiliki sejumlah keunggulan, seperti tak tembus peluru dan memiliki tingkat keselamatan super tinggi.

 

Prestige Image Motorcars selaku satu-satunya distributor resmi mobil Tesla di Indonesia, siap mendatangkan Tesla Cybertruck untuk memenuhi pemesan dari Indonesia. "Prestige telah menyiapkan unit Tesla Cybertruck bagi mereka yang sudah pesan," kata CEO Prestige Image Motorcars, Rudy Salim, kepada Almer dari GATRA Review di Jakarta.

 

Selain Tesla Cybertruck, cukup banyak juga konsumen mobil listrik di Indonesia yang memesan Tesla Roadster, mobil listrik tipe sedan. Untuk saat ini, Prestige Image Motorcars menjual tiga model mobil Tesla di Indonesia, masing-masing Model 3, Model X, dan Model S. Kisaran harga per unit, mulai dari termurah Rp1,5 miliar hingga termahal Rp3 miliar. "Model yang paling laku masih dipegang oleh Model 3," kata Rudy.

 

Di Indonesia, konsumen Tesla didomininasi dari kalangan artis, pengusaha, dan politisi. Sejumlah artis yang menjadi konsumen Tesla, di antaranya Deddy Corbuzier dan Raffi Ahmad. "Bagi kami, ini adalah hal bagus. Mereka adalah endorsement yang mumpuni. Orang akan selalu mengasosiasikan mobil listrik dengan Tesla," ujarnya.

 

Penjualan Cukup Bagus

 

Meski mengeklaim penjualan kendaraan listrik termasuk Tesla di Indonesia cukup bagus, Rudy mengaku volume penjualannya belum terlalu besar. Angka peningkatan penjualan masih berada di kisaran 10% hingga 20% per tahun. Menurutnya, penyebab masih rendahnya penjualan mobil listrik, antara lain karena minimnya infrastruktur pendukung mobil listrik, seperti stasiun pengisian listrik. "Dengan kondisi pandemi saat ini, barangkali tidak ada peningkatan [penjualan] tahun ini," katanya.

 

Rudy menjelaskan bahwa tantangan bagi para pelaku kendaraan listrik di Indonesia, baik itu produsen maupun distributor, yaitu harga jual yang terbilang tinggi. Tak heran jika konsumen kendaraan listrik masih terbatas dari kelompok orang berkantong tebal. Namun Rudy optimistis harga akan turun seiring makin gencarnya pabrikan otomotif konvensional yang ikut memproduksi kendaraan listrik. "Apalagi pemerintah pun memberi respons positif dengan menciptakan regulasi melalui Perpres (Peraturan Presiden) tentang percepatan kendaraan listrik 2019 silam," katanya.

 

Bukan Mobil Murah

 

Pengamat otomotif, Bebin Juana, mengatakan bahwa dibanding kompetitornya, Tesla memiliki keunggulan brand name yang sudah mengglobal. Mayoritas konsumen membeli Tesla karena namanya populer. Namun, Bebin menilai Tesla memiliki kelemahan, yakni harga jualnya yang mahal dibandingkan dengan harga kendaraan listrik dari pabrikan asal Jepang, Cina, dan Korea Selatan. "Tesla bukan mobil murah. Saya lebih melihat kemungkinan yang laku adalah kendaraan listrik yang diproduksi oleh Jepang, Korea Selatan, dan Cina," kata Bebin kepada Wahyu dari GATRA Review di Jakarta.

810