Home Politik Pengamat Kupas Balada Mirna Petahana yang Gagal Maju Pilkada

Pengamat Kupas Balada Mirna Petahana yang Gagal Maju Pilkada

Semarang, Gatra.com- Incumbent atau petahana Bupati Kendal, Mirna Annisa gagal maju lagi pada pilkada Kendal 2020, setelah tidak ada parpol yang mengusungnya. Partai Gerindra yang semula bakal mengusung Mirna, memutuskan bergabung dengan PKB mengusung pasangan Ali Nurudin dan Yekti Handayani.

Hal ini karena Partai Gerindra hanya memiliki enam kursi di DPRD Kendal tidak dapat mengusung calon sendiri, karena batas minimal bisa mengusung calon sendiri 10 kursi. “Kami akhirnya gabung dengan PKB dan Nasdem mengusung pasangan ustad Ali Nurudin dan Yekti Handayani,” kata Sekretaris DPD Partai Gerindra Jateng, Sriyanto Saputro, dihubungi Gatra.com, Minggu (6/9).

Menurut ia, PKB merupakan partai yang intensif berkomunikasi di saat menit-menit terakhir atau injury time menjelang pendaftaran pilkada Kendal. “PKB juga berkomitmen untuk meneruskan program yang sudah dijalankan Mbak Mirna (Bupati Kendal Mirna Annisa,” ujarnya.

Sementara, pengamat politik Universitas Wahid Hasyim (Unwas) Semarang, Drs. Joko J. Prihatmoko M.Si, mengatakan hal penyebab kegagalan petahana Bupati Kendal Mirna maju lagi pilkda, karena terlalu percaya diri (over confidence).

Padahal kinerja Mirna memerintah Kendal selama lima tahun 2015-2020 tidak bagus, sehingga tidak ada yang bisa dibanggakan. “Jalan-jalan di Kendal banyak yang rusak. Itu menjadi masalah serius karena Kendal strategis dan berbatasan dengan ibu kota Provinsi Jateng,” ujar dia.

Di samping itu, lanjut Joko, loby-loby atau hubungan dengan partai politik (parpol ) lain di Kendal selama ini juga tidak terlalu lentur. “Hal ini yang menyebabkan petahana Bupati Kendal Mirna kesulitan mendapatkan dukungan dari parpol pada pilkada 2020,” tandasnya.

Meski sebenarnya menurut Joko, dari hasil beberapa lembaga survey elektabilitas petahan bupati Kendal tidak terlalu rendah karena masih berkisar sebesar 39,9%. “Untuk ukuran incumbent, elektabilitas sebesar 39,9% tidak istimewa. Elektabilitas itu akan menurun kalau tidak punya terobosan program. Lha ini, program dan janji-janji lima tahun lalu tidak kunjung direalisasikan,” tandas Joko.

2604