Home Politik Eep Saefulloh Fatah: Tidak ada Pemecatan dan Pengusiran

Eep Saefulloh Fatah: Tidak ada Pemecatan dan Pengusiran

Tangerang Selatan, Gatra.com -  Eep Saefulloh Fatah, CEO PolMark Indonesia akhirnya turun gunung untuk menjelaskan secara panjang lebar insiden Pemilihan Walikota Makassar. Lewat rilis sebanyak delapan halaman dia menguraikan detail kronologis 'musibah demokrasi itu'. "PolMark Indonesia sepanjang hampir 11 tahun hidupnya berusaha menjaga etika publikasi survei dengan sangat ketat. Haram hukumnya menyampaikan hasil survei dengan mengubah keterangan waktu, hasil-hasil survei dan semua data/informasi apapun. Hasil survei wajib dilaporkan sebagaimana adanya," tegasnya, 16/9.

Eep memang keberatan dengan meme survei yang mencatut namanya dengan memberikan narasi pongah "Konsultan politik ternama yang memenangkan Jokowi-Ahok dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjadi Gubernur Jakarta." "Saya sampaikan bahwa itu bukan cara saya. Saya memang keberatan. Terlebih-lebih, kemudian saya lihat ada pencantuman waktu survei dan data yang keliru/bermasalah," katanya.

Dia juga membantah adanya pemecatan dari Erwin Aksa (EA), Ketua Tim Pemenangan pasangan Munafri Arifuddin dan A Rahman Bando (Appi-Rahman). "Tidak ada pemecatan. Kontrak kerja sama Pendampingan-Terbatas antara pihak kami dan EA memosisikan para pihak di dalamnya dalam hubungan kemitraan yang sejajar. Kontrak ini tak menjadikan saya dan keluarga besar PolMark Indonesia sebagai bawahan pihak lain. Karena itu, pemecatan dari satu pihak ke pihak lainnya tak dimungkinkan untuk terjadi. Secara spesifik, kontrak kerja sama antara kami dan EA tidak menempatkan saya sebagai pegawainya EA dan karena itu EA tidak ada dalam posisi untuk bisa memecat saya," katanya.

"Saya justru yang lebih dulu berinisiatif untuk mengundurkan diri dari kerja sama pendampingan Appi-Rahman dan sudah meminta EA membicarakannya secara tuntas/layak. Yang mungkin untuk dilakukan memang pengakhiran kerja sama berdasarkan klausul-klausul yang tertera di dalam kontrak. Berkaitan dengan ini, faktanya, pada Senin pagi (14/9) saya lah yang justru menyatakan akan mengundurkan diri dari pendampingan di Kota Makassar dan akan mengembalikan dana kerja sama. EA sendiri sudah menerima dengan baik dan terbuka rencana pengunduran diri saya itu dan bersedia membahasnya secara tuntas dalam pertemuan yang waktunya telah kami sepakati bersama Selasa, 15/9, pukul 10.00 pagi," katanya.

Tidak mungkin ada pengusiran dan memang tidak pernah terjadi. EA dan Tim Pemenangan Appi-Rahman tahu persis bahwa mereka tidak memiliki hak hukum apapun untuk mengusir seorang atau sekelompok warga negara yang baik untuk keluar dari suatu tempat yang bukan miliknya. "Kota Makassar adalah bagian dari wilayah hukum Republik Indonesia yang di dalamnya setiap warga negara yang taat hukum dapat masuk atau keluar sesuai kehendaknya. Kota Makassar bagi kami bukanlah wilayah negara asing yang untuk berada di dalamnya kami perlu memiliki visa dan tanpa itu kami dapat diusir keluar. Kota Makassar juga bukan sebuah pekarangan rumah seseorang yang di sana orang lain dapat diusir keluar karena masuk tanpa izin pemiliknya," tegasnya.

"Saya yakin kita sudah cukup dewasa untuk menggunakan kata pemecatan dan pengusiran pada tempatnya dan secara selayaknya. Saya berharap media juga menjadi bagian dari kedewasaan ini," tulisnya.

"Bagi kami, uang bukan segalanya. Berulang-ulang kami melakukan kerja pendampingan secara pro-bono untuk kandidat-kandidat yang sangat layak dibantu. Bagi kami, menjaga kejujuran atas hasil survei dan riset lain dalam kerja pendampingan adalah sesuatu yang sakral. Berulang-ulang dengan tegas kami menolak keinginan pihak lain yang ingin menggunakan hasil survei secara tidak semestinya," tegasnya.

Eep mengaku memang tidak merespon pertanyaan media karena tidak mau emosional menaggapi isyu pemecatan dan pengusiran itu. "Semua saya lakukan dengan penuh kesadaran untuk tidak bersikap reaktif dan emosional. Di atas segalanya saya ingin terus menjaga prinsip-prinisip dasar yang sangat fundamental: Pertemanan, persahabatan dan persaudaraan tak boleh dikorbankan untuk sesuatu yang tak layak. Bahwa lebih mulia membangun secara susah payah persaudaraan dengan sebanyak mungkin orang dibandingkan memantik dengan mudah permusuhan sekalipun hanya dengan sedikit orang," katanya.

"Saya berdoa semoga Pilkada Kota Makassar sebagaimana juga 269 Pilkada lainnya dalam Pilkada Serentak 2020 di seluruh Indonesia terselenggara sebagai Pilkada yang sehat, jujur dan demokratis. Semoga, Rakyat atau Warga lah yang akhirnya keluar sebagai pemenang sesungguhnya," tutupnya.

2155