Home Ekonomi Ekonom: Resesi dan Pelebaran Defisit Tak Perlu Jadi Masalah

Ekonom: Resesi dan Pelebaran Defisit Tak Perlu Jadi Masalah

Jakarta, Gatra.com - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, masyarakat seharusnya tidak perlu mempermasalahkan kontraksi ekonomi dan kemungkinan resesi yang akan melanda Indonesia pada Kuartal III-2020 nanti. 

Pasalnya, baik kontraksi ekonomi maupun resesi adalah suatu kenormalan baru di masa pandemi seperti ini.

"Memang akan terjadi di banyak negara, disebutkan kalau tidak salah Bank Dunia menyebutkan 93 persen negara di dunia akan mengalami resesi sebagai akibat pandemi," katanya dalam diskusi virtual yang dihelat ILUNI UI, Rabu (16/9).

Piter menjelaskan, pandemi Covid-19 memang sangat efektif memukul perekonomian hampir seluruh negara di dunia. Khusus di Indonesia, wabah asal Indonesia itu bahkan sempat menghentikan rantai pasok dan saat ini justru membuat konsumsi masyarakat, yang merupakan penyokong utama perekonomian nasional terpuruk.

Agar perekonomian negara tidak jatuh semakin dalam, lanjut Piter, Pemerintah memutuskan untuk melebarkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta menambah utang untuk menambal defisit di masa mendatang. Namun demikian, fenomena pelebaran defisit dan menambah utang sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan juga di banyak negara lainnya.

"Kalau terjadi pelebaran defisit akan terjadi lonjakan utang adalah konsekuensi yang sangat logis, seharusnya kita tidak mempermasalahkan. Hanya Indonesia yang kebanyakan kritik soal pelebaran defisit. Sekarang ada pandemi Covid-19, mau tidak mau ada pelebaran defisit dan itu banyak terjadi di banyak negara," ujarnya.

Pelebaran defisit, kata Piter, dapat terjadi karena Pemerintah meningkatkan belanja untuk menangani wabah Covid-19. Baik itu dari sisi kesehatan, maupun dari sisi ekonomi, melalui bantuan sosial untuk masyarakat kelas bawah dan juga berbagai dukungan untuk dunia usaha.

Karenanya, tidak benar jika Pemerintah, Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian disalahkan atas terjadinya kontraksi ekonomi, resesi, pelebaran defisit hingga penambahan utang. 

"Jadi, resesi tidak perlu menjadi alat untuk klaim pemerintah gagal dalam berbagai program, bukan. Menurut saya itu klaim keliru kalau dengan resesi lalu kita mengatakan program pemerintah dan pemulihan ekonomi nasional menjadi gagal, sama sekali tidak kalau menurut saya," katanya.

93

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR