Home Kesehatan Unilever Kembali Hadirkan Sekolah & Pesantren Sehat

Unilever Kembali Hadirkan Sekolah & Pesantren Sehat

Jakarta, Gatra.com- PT Unilever Indonesia, Tbk. melalui Unilever Indonesia Foundation kembali hadirkan “Program Sekolah dan Pesantren Sehat”. Digagas sejak 2016, tahun ini mencapai misi menjangkau 10 juta anak pada 41.847 sekolah dan pesantren di berbagai wilayah Indonesia.

“Sebagai perwujudan salah satu pilar penting Unilever Sustainable Living Plan (USLP) yang dicanangkan di tahun 2010, ‘Program Sekolah dan Pesantren Sehat’ menjadi bagian dari kesuksesan USLP meningkatkan kesehatan dan kebersihan 1,3 miliar orang di seluruh dunia di tahun 2020," ungkap Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia, Nurdiana Darus dalam konferensi pers virtualnya, Kamis (24/9).

Saat ini, capaiannya telah melebihi target awal 1 miliar orang. "Di masa pandemi program ini makin relevan sebagai upaya melindungi kesehatan anak, mempersiapkan mereka menghadapi era adaptasi kebiasaan baru, sekaligus menekan penularan Covid-19," lanjut Nurdiana.

Kegiatan ini dilakukan dalam beragam program pelatihan bagi guru dan murid. Serta fasilitas diberikan untuk terus menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak-anak sejak dini di lingkungan pendidikan, yang urgensinya kian terasa di tengah pandemi Covid-19.

“Hasil evaluasi terhadap efektivitas program menunjukkan data menggembirakan, program ini berhasil merubah kebiasaan 43% anak untuk terbiasa mencuci tangan di lima waktu penting, dibandingkan sebelumnya yang hanya tiga kali sehari saja ,” terang Nurdiana.

Penanaman PHBS secara intensif dan berkelanjutan menjadi sangat krusial karena anak merupakan salah satu golongan usia yang rentan terjangkit penyakit, termasuk Covid-19. Bahkan tercatat jumlah kematian anak (0-18 tahun) akibat Covid-19 di Indonesia sebesar 1,1% merupakan tertinggi se-Asia Pasifik. Bahkan lebih tinggi dari Tiongkok, Italia dan Amerika.

Data lain juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat pertama terkait proporsi angka kejadian Covid-19 pada anak, yaitu sebesar 9,1%. Permasalahan ini pun makin menantang karena berbagai kegiatan harus tetap berjalan, termasuk belajar mengajar

Direktur Pendidikan Dhiniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Waryono Abdul Ghofur mengatakan bahwa per pekan lalu ada 20 pondok pesantren yang mengonfirmasi santrinya positif Covid-19. "Yang paling besar di Banyuwangi. Namun Alhamdulillah sampai hari ini tidak ada yang meninggal karena Covid-19," jelasnya.

Disebutkan Waryono bahwa infrastruktur kesehatan di pesantren menengah ke bawah kurang karena adanya keterbatasan finansial. Hal lainnya adalah sulitnya menerapka phisical distancing.

Lalu, lanjut dia, tidak seperti lembaga pendidikan lainnya, di pesantren juga tidak mengenal kuota jumlah santri. "Karena kiai engga bisa nolak santri untuk belajar," ujarnya.

Sementara untuk melaksanakan pendidikan jarak jauh juga masih sulit direalisasikan pesantren. Waryono menyebut kebijakan makro pemerintah kepada santri belum maksimal. "Untuk daring masih terbatas. Ini kita sedang berusaha untuk lebih diperhatikan.

Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. menegaskan bahwa membiasakan PHBS sejak dini sebagai kunci mengendalikan penyebaran COVID-19 di lingkungan pendidikan. “Sebelum melepas mereka kembali bersekolah, kita harus memastikan seluruh sekolah menerapkan protokol kesehatan dengan ketat," katanya.

Menurut dia, Kemendikbud sangat mendorong peran serta para pengajar serta orang tua untuk membekali anak dengan pengetahuan PHBS tepat sejak dini. Hal ini sebagai modal agar mereka dapat belajar dengan aman.

Beradaptasi dengan kondisi dimana masih banyak sekolah melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh (PJJ), pelaksanaan program juga bertransformasi menjadi PJJ. Program ini merupakan kolaborasi bersama Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, dan Kementerian Agama RI, sejalan dengan semangat #MariBerbagiPeran yang diusung Unilever Indonesia.

Kegiatan akan menargetkan para pemangku kepentingan, terutama pimpinan dan pengajar melalui Training of Trainers. Mereka didorong untuk membina dan mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pesantren Sehat menuju better hygiene, better nutrition, dan better environment.

Pelatihan yang dilakukan secara online didukung dengan modul pembelajaran yang menarik bagi anak serta pendampingan bagi para pengajar. Selain itu, para dokter kecil dan duta santri juga dilibatkan sehingga dapat menyebarluaskan edukasi pada teman-temannya.

Tidak hanya edukasi dari pihak sekolah, program ini juga merangkul partisipasi para orang tua agar anak-anak mendapat support system yang lengkap untuk mendampingi mereka di era tatanan baru.

501