Home Gaya Hidup GOW: Beban Single Parent Wanita di Masa Pandemi Lebih Berat

GOW: Beban Single Parent Wanita di Masa Pandemi Lebih Berat

Karanganyar, Gatra.com - Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Karanganyar menaruh perhatian lebih pada orang tua tunggal (single parent) di masa pandemi Covid-19. Pendampingan dan pemberian bantuan bagi mereka bertujuan meringankan bebannya. 

Hal itu disampaikan Ketua Komunitas Perempuan Cerdas Karanganyar, Istinah, kepada Gatra.com di Karanganyar, Minggu (28/9). Menurutnya, para perempuan single parent dituntut mendidik, memimpin, mencukupi kebutuhan dan menyelamatkan keluarganya dari berbagai ancaman. Pandemi Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan namun sampai ke berbagai aspek sosial dan ekonomi. 

"Tidak semua wanita single parent kuat menghadapi hidup terutama di tengah pandemi ini. Mereka harus bekerja di luar dengan risiko penularan. Sedangkan anak-anaknya juga menghadapi masalah pendidikan akibat pandemi juga," kata Istinah. 

Melalui Gabungan Organisasi Wanita (GOW), ia mengajak para penggerak organisasi wanita di Karanganyar agar membantu para perempuan yang menjadi orang tua tunggal untuk bisa bertahan di masa pandemi. Saat ini, pendampingan masih bersifat materi, khususnya bagi keluarga miskin. 

"Iuran dana koin peduli dari anggota GOW disalurkan ke mereka. Ada 25 wanita single parent yang dibantu sekadar uang tali asih. Mereka itu janda miskin yang butuh perhatian dari kalangan sebaya. Selain uang, mereka juga diberi pelatihan usaha mandiri," katanya. 

Sementara itu, dalam pemilihan Ketua GOW periode 2020-2025, calon pemimpin organisasi gabungan dituntut lebih memperhatikan nasib para orang tua tunggal. Diharapkan, GOW menjembatani program pro rakyat dari pemerintah ke kalangan tersebut. 

Bupati Karanganyar Juliyatmono berharap GOW mampu berinovasi dengan program-programnya terutama dalam pemberdayaan perempuan. Karena para kaum wanita juga dituntut kemandirian di masa pandemi. "Teruslah berinovasi dan kami siap mendukung terciptanya wanita tangguh dan perjuangan terhadap nasib perempuan,” kata Juliyatmono.

865