Moskow, Gatra.com - Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev mengatakan bahwa 10 warga sipil telah tewas akibat penembakan Armenia sejak Minggu. Meski tidak ada informasi resmi tentang siapa saja korban di antara prajurit Azeri.

Dikutip Reuters, Selasa (29/9), sejauh ini dilaporkan puluhan warga tewas dan ratusan lainnya luka-luka sejak bentrokan sengit antara Azerbaijan dan daerah kantong pegunungan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh meletus pada hari Minggu. Bentrok baru kembali terjadi dari konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Armenia dan Azerbaijan saling menuduh pada hari Selasa melakukan kontak tembak ke wilayah yang lokasinya jauh dari zona konflik Nagorno-Karabakh. Konflik kembali meletus sejak pertempuran terburuk sejak 1990-an berkecamuk. Memasuki hari ketiga korban sipil tewas meningkat.

Kementerian pertahanan Armenia mengatakan sebuah bus sipil Armenia di Vardenis - sebuah kota di Armenia di perbatasan dengan Azerbaijan dan jauh dari Nagorno-Karabakh - terbakar setelah ditabrak pesawat tak berawak Azeri, meski tidak ada yang terluka. Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Nagorno-Karabakh adalah daerah yang memisahkan diri dalam Azerbaijan namun dijalankan oleh etnis Armenia dan didukung oleh Armenia. Ia memisahkan diri dari Azerbaijan dalam perang pada tahun 1990-an, namun tidak diakui oleh negara mana pun sebagai republik merdeka.

Konflik ini dapat menyeret kekuatan regional utama Rusia dan Turki. Moskow memiliki aliansi pertahanan dengan Armenia, yang memberikan dukungan vital ke daerah kantong dan merupakan jalur kehidupan bagi dunia luar, sementara Ankara mendukung kerabat etnis Turki sendiri di Azerbaijan.

Juru bicara pemerintah Steffen Seiber mengatakan pada hari Selasa bahwa Kanselir Jerman Angela Merkel melalui sambungan telepon menyerukan gencatan senjata segera dilakukan untuk menurunkan tensi konflik antara Azerbaijan dan Armenia.