Home Ekonomi Budiman Sudjatmiko: Dorong Smart Farming, Petani Maju

Budiman Sudjatmiko: Dorong Smart Farming, Petani Maju

Jakarta, Gatra.com – Kesejahteraan petani dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi pertanian. Terlebih lanskap pertanian dan sistem pangan global saat ini sudah berorientasi pada teknologi. Dengan teknologi, masyarakat mampu meningkatkan budi daya mulai dengan memperbaiki sistem pangan hingga tata guna lahan menuju sistem produksi berkelanjutan.

Ketua Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko mengungkapkan sistem pangan yang ada saat ini sama sekali tak menguntungkan petani di desa. Oleh karenanya perlu adanya sosialisasi dan peningkatan pengetahuan kepada petani terkait penggunaan teknologi hasil pertanian.

“Sistem ini tak memberikan insentif bagi petani, tak memberi nilai tambah bagi orang desa. Sejak proses pre-farming, farming, sampai retail seperti ini. Dengan pengetahuan dan informasi yang minim mereka enggak bisa kontrol,” ujar Budiman dalam webinar “Transformasi Sistem Pangan dan Tata Guna Lahan di Indonesia untuk Pemenuhan Kebutuhan Gizi dan Kesehatan Bagi Semua” yang digelar FKUI, Rabu (30/9).

Bersama Inovator 4.0, ia mendorong agar para petani di desa menjadi aktor utama dari perbaikan sistem pangan ke depan dengan memanfaatkan teknologi. Di masa depan petani akan sangat berperan dalam menciptakan rantai nilai produkti, mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan, serta berperan dalam ketahanan pangan dan gizi.

Budiman mengatakan konsep smart farming bisa diaplikasikan petani di desa. “Kita akan membangun inovasi untuk membangun sistem pangan dan tata guna lahan yang adil dan inklusif bagi petani,” sambung aktivis reformasi itu.

Ia memaparkan sistem rangkai data (block chain) yang terintegrasi sehingga terjadi 'arisan data'. Artinya semua pelaku usaha atau pertanian bisa berbagi data untuk mengambil keputusan yang strategis sesuai dengan data tetang pangan apa yang dibutuhkan oleh suatu daerah.

"Dengan rangkai data (block chain), membuat konsorsium, untuk sistem dimana setiap partisipan menjadi bagian, sehingga kita bisa mnegetahui kebutuhan gizi di kota X. BUMdes, BUMAdes, petani bisa tahu data kebutuhan gizi di daerah setempat”.

Budiman menambahkan akses data akan tersedia mulai dari petani kepada pedagang, petani kepada pemerintah. “Kita membuat sistem yang terintegrasi secara horizontal. Sudah diujicoba di beberapa negara seperti India," ucapnya.

Selain itu, ia mendorong petani mempunyai DNA yakni Device, Network, dan Apps atau aplikasi. Kemandirian teknologi dibuat agar petani bisa berperan lebih besar, tidak sekadar pekerja tetapi juga technopreneur. Teknologi alat mesin pertanian (alsintan) yang high tech seperti drone atau traktor robot bisa menjadi device. Data yang dikumpulkan, terang Budiman, menjadi supply chain lalu menjadi network, dan market place atau e-commerce kemudian menjadi aplikasi.

"Kita ingin petani bukan cuma jadi pekerja, tapi jadi enterpreneur, bahkan technopreneur," pungkas politisi PDIP itu.

872