Home Ekonomi Kisah Pengrajin Gerabah Bertahan Ditengah Wabah

Kisah Pengrajin Gerabah Bertahan Ditengah Wabah

Palembang, Gatra.com - Pada usia yang telah sepuh sepasang suami istri yakni Yoyo Kartana, 59, dan Dede Sarimana, 52, tetap berjuang untuk mempertahankan usahanya di tengah wabah Virus Corona atau COVID-19. Tanpa, adanya pegawai mereka tetap memproduksi kerajinan gerabah mereka untuk dipasarkan. Meskipun usaha itu tidak mudah, keduanya tetap tabah.

Sebanyak ratusan kerajinan gerabah tersebut terjemur rapi mulai celengan ayam, kendi hingga wadah tembuni. Yoyo terlihat tengah menekuni pembuatan wadah tembuni dirumah produksinya, di Jalan Takwa Mata Merah, Lorong Keramik RT 11, RW 05, Kelurahan Sei Selincah, Kecamatan Kalidoni, Palembang.

“Ya beginilah dik kondisinya, kalau mau bayar orang nggak sanggup, apalagi saat ini. Karena, untuk per unit upahnya serribu rupiah,” kata Yoyo saat ditemui, Kamis (01/10).

Menurutnya, pengerjaan yang dilakukannya pun jauh lebih baik sehingga hasilnya pun tentu lebih bagus. Hanya saja, memang membutuhkan waktu yang lebih panjang karena harus dijemur terlebih dahulu hingga kering setelah itu baru masuk dalam tahap pembakaran.

Tahap pembakaran ini minimal sebanyak 600 unit pot tembuni, 200 unit celengan dan 600 pot biasa. Karena, jika dibawah jumlah tersebut biaya operasional akan lebih mahal. “Kalau cuma sedikit bisa rugi, karena kayu bakarnya mahal,” terangnya.

Ia mengaku sejak wabah COVID-19, pendapatan hasil usahanya mengalami penurunan akibat sepinya permintaan. Semula, dalam sebulan penghasilannya sebesar Rp5 juta. Namun, saat ini menurun hingga 50 persen atau hanya Rp2,5 juta. Belum lagi, dipotong untuk pembelian kayu bakar, serta tanah liat sebagai bahan baku pembuatan gerabah.

Untuk pembelian tanah liat, ia harus mengeluarkan kocek Rp1 juta untuk satu truk, kemudian untuk kayu bakar yakni sebesar Rp300 ribu. Meskipun begitu, ayah dari dua anak ini bersyukur usahanya tetap berjalan ditengah wabah COVID-19.

“Kondisi saat ini sudah mulai membaik dibandingkan tiga bulan terakhir, terutama saat puasa hingga lebaran tidak ada yang memesan sama sekali,” ujarnya.

Dirinya juga menambahkan, mereka pun sudah mengajukan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi usaha yang terdampak. Namun, hingga saat ini belum juga ada bantuan yang diterimanya. Karena itu, dirinya harus memutar otak agar usahanya tetap berjalan. Salah satunya yakni menerima pesanan pot bunga hias yang diminati oleh masyarakat.

“Sejauh ini kami akan terus bertahan karena masih ada sisa tabungan. Tapi, kami berharap agar ada bantuan dari pemerintah,” tutupnya.

1504