Home Gaya Hidup Batik Karya Difabel Intelektual Bertahan di Tengah Pandemi

Batik Karya Difabel Intelektual Bertahan di Tengah Pandemi

Purworejo, Gatra.com- Hari ini tanggal 2 Oktober kita peringati sebagai Hari Batik Nasional. Peringatan tersebut menjadi momentum pengingat bahwa batik ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya tak benda.
Persaingan batik di Kabupaten Purworejo, menurut Darminah, owner dan pemrakarsa Batik Ciprat dirasa sangat kuat. Uniknya, Batik Ciprat merupakan karya anak difabel intelektual.

"Batik Ciprat khas Purworejo masih bertahan di masa pandemi ini. Kami merasakan persaingan memang ketat, terutama soal harga. Karena orang awam pasti memilih harga murah, bukan memandang proses dan kualitasnya," jelas Darminah, owner Batik Ciprat.

Showroom dan tempat pembuatan Batik Ciprat berada di rumah sekaligus sekretariat Yayasan DIRI (Difabel Intelektual Restu Ibu) milik Darminah dan suaminya, Ngadirin. Berada di Dusun Sebelik RT 2 RW 1, Desa Kembaran, Lecamatan Loano Kabupaten Purworejo.

"Dalam mendampingi batik karya anak difabel saya menambah kegiatan lainnya sesuai kemampuan anak , umpanya membuat masker kain batik. Untuk pengembangan motif sudah kami tambah  dengan motif cap ikon Purworejo serta tambahan motif bunga dan daun," kata Darminah yang berprofesi sebagai guru SD ini.

Selama pandemi Darminah dan anak-anak difabel asuhannya tetap.semangat berkarya. Tak gampang memang tetap.menjaga mood anak-anak istimewa tersebut. Akan tetapi ia harus mengurangi jumlah karyawan akibat dari turunnya omset.

"Penjualan menurun drastis, 50-70 persen. Cara bertahan selama pandemi kami tetap jualan lewat teman di WA, Instagram dan Facebook walaupun belum bisa maksinal," ungkap Darmi

Melalui medsos pula, ia mendapat pesanan batik dari Hongkong. Pemerintah melalui Dinas KUMKMP Purworejo juga cukup membantu dengan cara memberi order pembuatan 1.500 masker batik.

229