Home Info Satgas Covid-19 PSBB Mikro di Yogya Andalkan Babinsa dan Pemuda Desa

PSBB Mikro di Yogya Andalkan Babinsa dan Pemuda Desa

Yogyakarta, Gatra.com - Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko menyatakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) skala mikro untuk menangani Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta sesuai dengan kebijakan pusat. Penanganan Covid-19 DIY fokus di desa mengandalkan babinsa dan anak muda.
 
"Gubernur sangat inovatif. Dari paparan yang disampaikan kami mengapresiasi. Konsep micro-lockdown, PSBB yang semakin mikro, diperlukan sekarang," kata Moeldoko usai bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Jumat (2/10), di kompleks Keraton Yogyakarta.
 
Moeldoko bertemu Sultan untuk berkoordinasi tentang penanganan pandemi Covid-19. Ia menilai pembatasan zona secara mikro sangat penting agar penanganan Covid-19 di sebuah wilayah terfokus dan tidak mengganggu wilayah lain.
 
Ia mencontohkan, konsentrasi pembatasan itu pada wilayah kecil seperti RW saat kasus Covid-19 ditemukan di beberapa rumah. "Jadi bukan sebuah wilayah besar yang memberlakukan PSBB. Ini yang dijalankan Gubernur dan sangat selaras dengan kebijakan nasional," katanya.
 
Moeldoko pun menyatakan penanganan Covid-19 dalam zonasi mikro telah disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas. "Jika kejadiannya di zonasi yang kecil, maka perlakuannya semakin mikro. Jadi jangan diperlakukan makro karena akan mengganggu yang lain," ujar Moeldoko.
 
Sultan HB X menyatakan, untuk memudahkan penelusuran Covid-19, penanganan fokus di desa. "Lewat lurah, babinsa, bhabinkamtibmas, anak muda, mengontrol keluar masuknya pendatang dengan meninggalkan nomor HP, nama, dan alamat untuk memudahkan tracing," jelasnya.
 
Menurut Sultan, langkah ini meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. "Tumbuh kesadarana masyarakat karena jadi subjek kebijakan. Sehingga tanpa digembar-gemborkan pakai masker, dia otomatis punya kesadaran," kata dia.
 
Sultan juga menyatakan, faktanya konsep zonasi itu tidak semulus yang dibayangkan. Sebab ada beberapa kluster yang muncul, sehingga Pemda DIY mengencarkan trancing untuk memutus mata rantai penularan.
 
Menurut Sultan adanya kluster ini karena tidak adanya pembatasan masyarakat. Baginya masyarakat tidak boleh dilarang bepergian ke daerah lain.
 
"Jadi sewaktu, dari Gowa, Jakarta, Bogor akhirnya dia positif sehingga dia menularkan. Tapi yang penting di sini adalah bagaimana kita bisa mentracing," ucap Sultan.
 
194