Home Kesehatan Naik Terus 2700 Kasus, Raja Yogya Anggap Corona Biasa Saja

Naik Terus 2700 Kasus, Raja Yogya Anggap Corona Biasa Saja

Yogyakarta, Gatra.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mengumumkan total 2700 kasus dan 73 kematian karena Covid-19 selama pandemi di DIY. Namun peningkatan kasus ini dinilai biasa saja.

Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih menyatakan terdapat tambahan 20 kasus baru hari ini. Dari 20 kasus baru, lebih dari separuhnya, yakni 13 kasus, ditemukan di Kabupaten Sleman. Adapun enam kasus di Gunungkidul dan seorang penderita Covid-19 ditemukan di Kulonprogo.

“Distribusi kasus berdasarkan riwayat, tracing kontak 9 kasus, periksa mandiri 3 kasus, skrining karyawan 2 kasus, dan masih dalam penelusuran 6 kasus,” tutur Berty.

Dari total 2.700 kasus, 1.957 orang telah sembuh, termasuk 23 kasus sembuh hari ini. Namun kematian yang dilaporkan hari ini juga tinggi, yakni empat orang. “Total kasus meninggal menjadi sebanyak 73 kasus,” ujarnya.

Empat laki-laki yang dilaporkan meninggal hari ini, tiga di antaranya warga Sleman, yakni usia 75, 62, dan 58 tahun. Satu orang lagi asal Kulonprogo, 65 tahun. Tiga dari empat orang itu memiliki komorbid atau penyakit penyerta berupa sakit jantung, hipertensi, dan diabetes melitus.

Dengan demikian, DIY mencatat terdapat 670 kasus aktif atau pasien Covid-19 yang belum sembuh. Hingga kini, total orang yang telah dites PCR di DIY 59.487 orang.

Pemda DIY telah memperpanjang kembali status masa tanggap darurat. Dua kabupaten, yakni Sleman dan Gunungkidul telah ditetapkan sebagai zona merah dengan tingkat penularan tinggi, sedangkan tiga wilayah lain zona oranye dengan tingkat penularan sedang.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sebelumnya menyatakan kasus-kasus Covid-19 DIY telah membentuk klaster atau kelompok penularan. “Kami tidak bisa mengatakan ke orang Yogya agar jangan pergi-pergi atau menutup diri. Yang penting kita beradaptasi,” tutur dia.

Sultan menyatakan emoh berasumsi soal sebab peningkatan kasus Covid-19 di DIY dan membahas Covid-19 terus menerus. Hal itu dianggap membuat warga takut untuk melakukan aktivitas ekonomi.

“Dengan kondisi itu, bagaimana kita beradaptasi dengan Corona. Corona ini enggak ada obatnya. Kita enggak punya antibodinya,” kata Sultan usai bertemu Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko di Keraton Yogyakarta, Jumat siang.

Ia khawatir pembahasan Covid-19 tanpa henti bakal bikin stres warga. “Kita jangan terlalu bombastis bicara masalah Corona. Akhirnya justru memberikan kondisi pada masyarakat stres. Risikonya gede,” kata Raja Keraton Yogyakarta ini.

Menurutnya, Covid-19 tak memerlukan obat. Warga cukup bertahan di rumah supaya tak tertular. Jika positif Covid-19, warga harus langsung masuk rumah sakit dan akan diberi suplemen. Kontak erat si penderita tersebut akan dilacak.

“Keluar rumah, enggak hati-hati bisa positif. Sebenarnya cukup makan tidur-makan tidur. Tapi manusia kan enggak bisa di rumah terus. Jadi kalau terjadi klaster biasa saja. Di RS, juga enggak ditambani (diobati). Yang ditambani itu penyakit lain,” tuturnya.

768