Home Ekonomi Boneka Lilit dari Limbah Kertas Rokok Rambah Jepang

Boneka Lilit dari Limbah Kertas Rokok Rambah Jepang

Kudus, Gatra.com - Apa yang dianggap sebagai barang tidak berharga oleh orang lain, akan berbeda jika berada di tangan yang tepat. Limbah kertas tipping (CTP) atau kertas pengikat antara batang rokok dan filter pada jenis rokok kretek filter, ternyata bisa didaur ulang menjadi hiasan fungsional yang benilai ekonomis.

Adalah Edy Purwanto warga Desa Jurang RT02/RW02, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang pertama kali berkreasi memanfaatkan limbah kertas CTP rokok menjadi ornamen miniatur boneka lilit.

Pria berusia 42 tahun ini menuturkan, jika kreasi boneka lilit berangkat dari keinginannya untuk memanfaatkan bahan daur ulang dari limbah kertas tipping yang dipintalnya untuk kebutuhan tali tas kertas.

Ia pun terus bereksperimen sehingga pintalan kertas CTP yang tidak layak, bisa menjadi barang berguna. Hasilnya pada tahun 2018, jadilah ornamen boneka lilit. Uniknya di Indonesia hanya Edy yang memanfaatkan limbah jenis ini menjadi produk kerajinan bernilai estetis.

Awalnya coba-coba. Limbah rokok saya pintal dengan mesin pemintal untuk kebutuhan tali tas kertas, ternyata banyak putus. Masak memanfaatkan limbah menghasilkan limbah baru. Keinginan agar tidak ada yang terbuang percuma," ujarnya kepada Gatra.com saat ditemui di rumahnya, Minggu (4/10).

Dari ketelatenannya itu, ia juga mengreasikan boneka lilit menjadi aneka kerajinan seperti asbak, wadah rokok, wadah korek, pigura foto, gantungan kunci, dan aneka souvenir lainnya. Khusus untuk produk jenis itu dibandrolnya dengan harga Rp50.000-70.000. Sementara untuk karakter boneka lilit saja, dihargai Rp7.000-10.000 tergantung ukuran.

Setiap bulannya, rata-rata ia mampu memproduksi boneka lilit sebanyak 180 unit. Tergantung banyak tidaknya produk riject. "Kalau tali banyak yang riject kita bisa buat boneka banyak," tuturnya.

Uniknya dalam memasarkan produk, ia mengaku belum memanfaatkan media sosial (Medsos). Meski begitu permintaan tidak hanya datang dari kabupaten sekitar Kota Kretek saja, tetapi juga merambah nusantara.

"Marketnya masih kota sekitar dan luar kota yang tahu saja, dari mulut ke mulut. Luar negeri ada juga, kemarin yang beli dari Jepang dan Eropa pas ikut Borobudur Art sebagai karya original dari limbah," bebernya.

Di akhir percakapan, ia berharap muncul perajin yang memanfaatkan limbah apapun medianya, sebagai kepedulian terhadap ekosistem dan lingkungan. "Harapannya limbah bisa bermanfaat, banyak kreator yang mau memanfaatkan limbah apa pun itu. Tidak hanya dibuang jadi sampah, tetapi mengolah kembali menjadi barang yang bermanfaat dan tetap menambah pundi-pundi uang," jelasnya.

1159