Home Gaya Hidup Cerita Jenderal Bintang Dua dan Gelandangan di Riau

Cerita Jenderal Bintang Dua dan Gelandangan di Riau

Pekanbaru, Gatra.com - Lelaki 24 tahun itu nampak asyik membersihkan piranti mesin sepeda motor bebek di sebuah bengkel sederhana di kawasan jalan Kembang Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau.

Namanya Dedek Riski. Belum genap setengah tahun dia menjadi anak buah Ujang, si pemilik bengkel.

Di los ikan di pasar rakyat Tembilahan, ada pula Taufik Hidayat yang sudah nyaman dengan orang-orang yang membeli ikan dagangannya. Adalah Faridah, yang menjadi induk semak lelaki 26 tahun ini.

Dedek maupun Taufik bukanlah orang-orang pada umumnya, yang memang sejak awal menggeluti pekerjaan semacam tadi. Tapi mereka justru anak jalanan yang dibina oleh Polres Inhil dan kemudian dipekerjakan.

Mei lalu program itu dimulai. Satu per satu Pengamen, Pengimis dan Gelandangan (P2G) yang biasa mangkal di persimpangan lampu lalu lintas di 'Kota Seribu Parit' itu disasar.

Polisi tak bekerja sendiri, aparat terkait di Pemerintahan Inhil, diajak. Hasilnya, ada 34 orang P2G yang diamankan dan dibawa ke rumah singgah yang sudah ada di Tembilahan.

Baca juga: Jenderal Ini Mengajar Matematika di Kaki Bukit Barisan

Dari jumlah itu 22 orang adalah laki-laki, sisanya perempuang. Lalu, 18 orang masih anak-anak, 11 orang dewasa, sisanya lanjut usia (lansia).

Setelah dicek status pendidikannya, 25 orang rupanya tidak tamat sekolah. Lulusan SD, SMP dan SMA, masing-masing 3 orang.

"Setelah tahu profil singkat mereka, kami bersama instansi terkait, mengajak tokoh masyarakat dan para pelaku usaha untuk duduk bersama, kami bentuk Satgas Tuna Wisma. Kenapa sampai membentuk Satgas, lantaran kami ingin, P2G ini enggak hanya diamankan di rumah singgah, tapi kami juga musti carikan solusi buat mereka," cerita Kasat Reskrim Polres Inhil, AKP Indra Lamhot Sihombing, kepada Gatra.com, kemarin.

Solusi yang bakal dibikin itu kata lelaki 33 tahun ini antara lain; kalau yang berusia sekolah akan disekolahkan, yang sudah dewasa, akan dicarikan pekerjaan di perusahaan atau di tempat pelaku usaha.

Lantas yang mau tinggal di rumah singgah, akan difasilitasi, terus, yang mau kembali ke rumah keluarganya, akan diantar. Yang tidak punya identitas, dibikinkan identitasnya di Disduk Capil Inhil.

Hanya saja kata jebolan Akpol 2008 ini, banyak diantara P2G itu yang tak mau tinggal di rumah singgah. Mereka lebih memilih rumah keluarga. "Bagi kami enggak masalah, dengan catatan, tak boleh lagi kembali ke jalan," kata ayah dua anak ini.

Mereka yang tersisa di rumah singgah kemudian dibina, baik rohani, mental maupun perilaku. Habis itu, perlahan mereka kemudian dipilah.

Anak-anak yang putus sekolah, disekolahkan kembali. Soal tempat tinggal, tinggal pilih; rumah keluarga, bagi yang punya keluarga di Tembilahan, atau tetap tinggal di rumah singgah.

Yang jelas, yang bertahan di rumah singgah, semua kebutuhan mereka ditanggulangi oleh Satgas Tuna Wisma tadi.

Sembari mengurusi ini semua, patroli rutin tetap dilakukan. Baik untuk mencari tahu mana tahu ada pula P2G pendatang baru, atau malah yang sudah pulang ke rumah keluarganya, datang lagi ke 'lapak' semula.

Meski dibayang-bayangi oleh minimnya anggaran, setelah proses panjang tadi dilakukan, hanya 10 orang bisa kembali sekolah dan bekerja.

Genta Febrian Kasesa misalnya. Pengemis yang juga pengamen ini, disekolahkan di SDN 007 Tembilahan. Adalah Yusdiana, yang mau mengasuh lelaki 12 tahun ini. Yang bekerja, Dedek dan Taufik tadilah contohnya.

Baca juga: Tentang Aksi Jumat dan Kapolda Riau

Hanya saja pada akhirnya, Indra berterus terang kalau program penanganan P2G ini sebenarnya ide Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi.

Waktu itu, persis 6 Mei 2020, Agung meminta supaya anak buahnya di daerah ikut melakukan penanganan terhadap P2G.

Sebab Agung sudah memprogram penanganan P2G itu di semua wilayah Riau, termasuk pembinaan terhadap orang miskin dan suku-suku asli yang ada di Indragiri Hulu dan kabupaten lain. "Tapi jangan penanganan dan pembinaan ecek-ecek," pinta Agung saat itu.

Soal penanganan dan pembinaan suku asli ini, Kapolres Inhu, AKBP Efrizal yang keluar masuk perkampungan suku Talang Mamak untuk melakukan pembinaan, termasuk mengantar bendera merah putih untuk mereka.    

Tak banyak publik yang tahu soal program, ini. Termasuk Syaukani Alkarim yang kemudian tak menyangka kalau Agung mengurusi Riau sampai sejauh itu.

Yang Syaukani tahu, aplikasi pemantau dini titik api bikinan Agung bernama Dashboard Lancang Kuning, sudah sangat mengharumkan Riau di level nasional.

Kapolri Jenderal Idham Aziz dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto kemudian yang memboyong Dashboard Lancang Kuning tadi jadi aplikasi nasional.

Di provinsi yang rentan dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), pun akhinya tertoreh nama Lancang Kuning itu.

"Di Bumi Dayak (Kalimantan), ada nama Lancang Kuning. Semua itu gara-gara Pak Agung. Sekarang ditambah lagi dengan mengurusi P2G, dengan cara yang berbeda pula," kata cucu Soeman HS ini kepada Gatra.com, kemarin.

Secara kemelayuan kata ayah empat anak ini, Agung adalah sosok yang sudah benar-benar menerapkan falsafah melayu "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung".

"Arti falsafah itu, sepanjang dia di satu tempat, dia mendharmabhaktikan hidupnya sesuai dengan kadarnya. Artinya, dia sudah melakukan apa yang patut dan bisa. Ini sudah sangat berharga dan orang semacam ini biasanya terbuka. Sebab dia ruang yang luas untuk orang lain," kata seniman muda Riau ini.

Oleh karena sudah mendharmabhaktikan hidupnya baik sebagai pribadi maupun jabatannya, "Sebenarnya sudah cukup alasan bagi kita untuk memberikan apresiasi tinggi kepada beliau," kata lelaki 52 tahun ini.

Kalaulah semua orang yang punya power melakukan seperti apa yang dilakukan Agung kata Syaukani, akan banyak P2G yang tertolong dan akan banyak pula usaha kecil yang tumbuh dan berjalan.

"Apalagi di situasi pandemi saat ini. Jadi, kita patut bersyukurlah bahwa usaha sudah dilakukan. Pertanyaan yang paling penting justru, usaha apa lagi yang kita lakukan biar hal-hal baik itu berkembang luar biasa," kata lelaki yang aktif menulis dan menyampaikan pemikiran di berbagai forum dalam rangka memberikan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayan dan aplikasinya di dalam kehidupan bermasyarakat, ini.


Abdul Aziz

1413