Home Gaya Hidup Pedagang Barang Antik Semarang Berjualan Via Daring

Pedagang Barang Antik Semarang Berjualan Via Daring

Semarang, Gatra.com - Suasana pasar barang antik di Gedung Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Kota Lama Semarang, Selasa siang (20/10) telihat lengang. Hanya ada beberapa orang pengunjung melihat-lihat beragam barang antik yang terdapat pada kios-kios berukuran sekitar 1.3 X 1.3 meter. Ada sebanyak 38 kios pedagang barang antik.

Menurut salah seorang pedagang barang antik, Koesnan Hoesie sejak pandemi Covd-19 pembeli yang datang sepi sehingga mempengaruhi pendapatan.

“Sudah tiga bulan terakhir ini pendapatan nihil. Padahal sebelum Covid-19, dalam sepekan bisa meraih penghasilan Rp15 juta,” katanya.

Pemilik Pitoe Galeri ini lebih lanjut mengatakan, untuk mengatasi sepinya pembeli, ia berjualan melalui media sosial Facebook (FB) dan Instagram. Peminatnya cukup lumayan.

Pembeli kebanyakan teman lama serta sejumlah pejabat zaman orde baru yang dikenalnya saat menjadi karikaturis sebuah harian sore di Kota Semarang.

Lelaki berkacamata yang telah menggemari barang antik sejak duduk di taman kanak-kanan (TK) ini, mengatakan, telah terjadi perubahan perilaku pembeli barang antik.

“Kalau dulu membeli barang antik ya benar-benar antik, sekarang antik identik cenderung barang langka dan industrial,” ujar Hoesi.

Lebih lanjut, pemilik koleksi barang antik mencapai 1.000 item dalam bentuk metal, porselin, sampai kayu ini mengatakan, mendapatkan barang-barang antik dari membeli kepada perorangan hingga di situs jual beli daring (online) eBay.

Mengenai harga jual barang antik, Hoesi mengatakan, tidak ada patokan karena bersifat hobi, sehingga tergantung selera pembeli. Untuk tulisan iklan lama dengan bahan blanden dan cat enamal harganya antara Rp5 juta sampai Rp150 juta.

“Kalau saya menjual termurah Rp100 ribu untuk jenis boneka kecil dan kuningan. Termahal pernah menjual keramik kerajaan kendi cucuk emas senilai Rp1,3 miliar. Ini koleksi pernikahan saya pada 38 silam,” ujarnya sambil tersenyum.

Sedangkan soal bantuan pemerintah terhadap pedagang barang antik terdampak Covid-19, Hoesi mengatakan, pernah mendapatkan bantuan paket sembako pada awal pandemi.

“Para pedagang barang antik yang tergabung dalam Asem Kawak (Antikan Kawasan Kota Lama) sampai sekarang masih bisa bertahan,” tandasnya.

Pedagang barang antik lainya, Eko Raharjo, mengatakan, tidak terpengaruh adanya pandemi Covid-19 karena penjualan tidak mengandalkan di kios, tapi melalui daring.

Dengan berjualan secara online, pria asal Blitar Jawa Timur ini dapat menjangkau banyak pembeli, tidak hanya dari dalam negeri, tapi luar negeri. “Pembeli ada yang dari Prancis, Cina, Amerika, dan Malaysia,” ujar dia.

Untuk mempromosikan dagangan barang antik miliknya, lelaki yang dipanggil Joko ini, menggunakan Instgram dengan nama The Mayenk dan Facabook.

Menurut Joko, barang antik apapun laku dijual karena masing-masing ada penggemarnya, seperti besi berkarat, kertas lama, iklan lama, keramik, porselin, dan lainnya.

Harganya barang antik juga tidak ada standarnya. Dia mempunyai pengalaman membeli barang korek lama senilai Rp1,5 juta dan laku dijual senilai Rp35 juta. “Semua barang antik itu sudah ada tuannya sendiri-sendiri,” tandas dia.

Sementara itu, salah seorang pengunjung pasar barang antik asal Ungaran Kabupaten Semarang, Mualana mengatakan, melihat-lihat koleksi barang antik yang ada. “Melihat-lihat kalau ada barang yang cocok. Saya bukan penggemar barang antik,” ujar dia.

2024