Home Kebencanaan Sabuk Gunung untuk Ratusan Mata Air Mati Sindoro-Sumbing

Sabuk Gunung untuk Ratusan Mata Air Mati Sindoro-Sumbing

Temanggung, Gatra.com - Kerusakan alam akibat ulah manusia semakin dirasakan dampaknya di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, salah satunya adalah matinya ratusan sumber mata air, di kawasan tiga gunung, yakni Sumbing, Sindoro, dan Prau. Keringnya mata air membuat setiap tahun di musim kemarau banyak desa mengalami kesulitan air bersih.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Temanggung, Entargo Yutri Wardono mengatakan, untuk menanggulani persoalan tersebut pihaknya tengah menyiapkan program sabuk gunung. Melalui program ini akan dilakukan konservasi pada lahan-lahan kritis di punggung tiga gunung tersebut. Untuk penggarapan program ini Pemkab Temanggung akan menggelontorkan dana sebesar Rp9 miliar yang bersumber dari APBD.

"Sabuk gunung itu kegiatannya dalam rangka konservasi lahan di Gunung Sumbing, Sindoro, Prau, rencana kegiatannya di tahun 2021, melalui gerakan di masyarakat. Ini termasuk dalam rangka pelestarian alam, menghidupkan ratusan mata air yang telah surut (kering), jadi merupakan program jangka panjang, agar hasilnya juga bisa dinikmati anak cucu," katanya Rabu (21/10/2020).

Menurut Entargo saat ini timnya sudah mulai bergerak dengan melakukan sosialisasi dan edukasi, termasuk pendekatan budaya kepada masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan tiga gunung tersebut. Selanjutnya akan dilakukan penghijauan menggunakan tanaman keras, atau tanaman buah-buhan yang memiliki nilai ekonomi sehingga masyarakat mendapatkan penghasilan tambahan.

Dikatakan, nantinya ada satu desa yang akan menjadi pilot project atau desa binaan di setiap kecamatan, lalu pada tahap berikutnya desa tersebut akan mejadi percontohan (direplikasi) bagi desa-desa lain. Konservasi di lahan yang membentang di tiga gunung tersebut melingkupi 12 kecamatan mulai Selopampang, Tembarak, Tlogomulyo, Bulu, Parakan, Bansari, Ngadirejo, Wonoboyo, Tretep dan lain-lain.

"Penghijuan juga termasuk memanfaatkan lahan tidak produktif artinya yang selama ini tidak digarap akan ditanami. Penghijauannya dengan tanaman tahunan bukan tanaman musiman, seperti macadamia sehingga ada nilai ekonominya agar nanti masyarakat juga mendapat hasil, dalam waktu lima tahun sudah tumbuh. Kita tidak akan menghilangkan tanaman tembakau, hanya mensubtitusi tembakau tetap ada dan diversifikasi dengan tanaman lain supaya ekonomi tetap berjalan," katanya.

Disebutkan, salah satu tanaman yang akan ditanam adalah macadamia, spesies tumbuhan dari familia protoceae. Kelebihan tanaman ini selain untuk konservasi juga bijinya yang seperti kacang almond memiliki rasa enak seperti mentega dan harganya bisa mencapai Rp70.000 per kilogram, bahkan bisa sampai ratusan ribu rupiah.

Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq mengatakan, konservasi kawasan serapan air di wilayahnya mendesak diperlukan, sebab saat ini banyak sekali sumber mata air yang debitnya menurun bahkan mati. Penyebabnya kawasan serapan air sudah jarang ada pepohonan, khususnya di kawasan sabuk gunung, yakni Sumbing, Sindoro, dan Prau. Hal itu membuat sumber mata air mati, lalu ada bahaya lain mengancam, yani banjir bandang dan tanah longsor.

"Konservasi lingkungan hidup ini wajib dilakukan, penanaman kembali pohon-pohon yang sekarang sedang dikaji zonasinya, sedang disusun sistem programnya seperti apa. Nanti kita akan menggerakkan seluruh masyarakat juga untuk berpartisipasi aktif dalam penanaman pohon. Intinya kita akan kembalikan kawasan recharge area agar ekosistem alam tidak rusak," katanya.

643