Home Teknologi Rektor IPB Minta Terapkan Sumur Resapan Bijak Berplastik

Rektor IPB Minta Terapkan Sumur Resapan Bijak Berplastik

Jakarta, Gatra.com – Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi, mengatakan, pemerintah harus menerapkan sumur resapan Bijak Berplastik merupakan produk inovatif secara luas di kawasan permukiman masyarakat maupun di daerah hulu sungai.

"Diharapkan, inovasi ini dapat mengurangi risiko banjir yang selama ini selalu menjadi ancaman di saat musim hujan tiba," kata Arif dalam webbinar dan peluncuran Sumur Resapan Bijak Plastik Danone-Aqua secara virtual pada Kamis (22/10).

Arif menjelaskan, sumur resapan Bijak Berplastik sistem bongkar pasang (knock down) ini merupakan inovasi baru serta solusi daur ulang plastik nonekonomis sekaligus dukung upaya konservasi air hasil kolaborasi pihaknya bersama Danone dan Plustik (PT Oriplast).

"Bentuk-bentuk kolaborasi lintas sektor untuk menghasilkan produk-produk inovatif yang bisa menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu sampah kemasan plastik nonekonomis dan juga mengurangi banjir ini perlu terus didorong," katanya.

Sumur resapan tersebut berfungsi untuk meresapkan air guna mengembalikan cadangan air tanah, serta mencegah air melaju kencang ke dataran rendah yang berpotensi menjadi penyebab banjir.

Adapun bahan plastik nonekonomis atau jenis plastik dengan nilai ekonomi rendah yang digunakan untuk membuat sumur resapan ini, seperti kresek hitam, plastik kemasan berlapis banyak (multilayer), popok (diapers), dan lembar kertas aluminium (alumunium foil).

Keberadaan dan pembangunan sumur resapan sangat penting mengingat data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan telah terjadi 748 kejadian banjir di Indonesia sejak Januari hingga September 2020. Indonesia juga sering mengalami kekeringan di musim kemarau yang salah satunya diakibatkan kurangnya infiltrasi air kedalam tanah.

Untuk itu, dibutuhkan pembangunan sumur resapan baik di daerah, hulu, tengah, maupun hilir, yang dapat menampung debit air disaat musim hujan dan meresapkannya kembali sebagai cadangan air tanah. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut adalah belum terkelolanya sampah dengan baik, salah satunya adalah plastik nonekonomis.

Pekerja sedang membuat sumur resapan bijak plastik. (Ist/Wan)

Saat ini, plastik non ekonomis masih menjadi tantangan bagi pengelolaan sampah di Indonesia, sebab belum memiliki banyak jalur daur ulang sehingga dibiarkan menumpuk, tidak terkelola dengan baik, dan mengakibatkan pencemaran di lingkungan serta menjadi salah satu penyebab banjir.

Vice President General Sceretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto, menyampaikan, sumur resapan Bijak Berplastik ditargetkan mampu meresapkan air sebanyak 16 m3 per hari hujan dan konstruksinya mampu menyerap 150 kg sampah plastik nonekonomis.

Menurutnya, bentuk knock down ini merupakan perbaikan dari sumur resapan konvensional supaya mampu meresapkan air lebih banyak dengan konstruksi yang lebih kuat dan tahan lama, serta membuat proses pembuatan dan pemasangannya menjadi lebih praktis, sehingga memudahkan proses mobilisasi.

Proses pembuatan sumur resapan ini juga sudah dikembangkan sedemikian rupa dan telah diuji secara fisik, mikroplastik, maupun material, melalui laboratorium tersertifikasi untuk memastikan bahwa seluruh bahan yang digunakan tidak memberikan dampak kepada lingkungan ataupun air yang diresapkan.

Menurutnya, inovasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan solusi dan menjawab beberapa tantangan sekaligus, yaitu isu pengelolaan plastik nonekonomis dan upaya menampung cadangan air tanah serta mengurangi risiko banjir.

"Inovasi baru sumur resapan Bijak Berplastik sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan dari isu daur ulang plastik nonekonomis sekaligus upaya konservasi air," ujar Vera.

Sementara itu, Komisaris PT Oriplast Jaya Perkasa, Bhima Aries Diyanto, berharap respons positif, terutama dari pemerintah terhadap sumur resapan Bijak Berplastik, mengingat model kerja sama atau kolaborasi banyak pihak adalah langkah efektif mengatasi tantangan dan peluang pengelolaan plastik non ekonomis.

"Upaya-upaya pengendalian pengendalian sampah plastik nonekonomis dan sekaligus konservasi air selama ini menjadi tantangan banyak pihak," ujarnya.

303