Home Ekonomi Banyak Pesanan, Gula Kristal DCML Cilongok Kewalahan

Banyak Pesanan, Gula Kristal DCML Cilongok Kewalahan

Banyumas, Gatra.com – Produksi gula kristal dari Desa Cerdas Mandiri Lestari (DCML) Cilongok, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mulai kewalahan memenuhi pesanan. Saat ini, permintaan mencapai 15 ton untuk memenuhi pesanan dari salah satu perusahaan di Cibitung, Jawa Barat.

Kepala Pengelola Dapur Komunal Gula Cilongok, Tri Riyanto mengakui pihaknya tengah kewalahan memenuhi permintaan. Sebab, gula semut saat ini tengah naik daun.

"Terakhir kita sebenarnya dapat PO (pesanan) 15 ton. Cuma kita baru terkejar 8 ton per bulannya," ujarnya, ketika ditemui di lahan komunial yang dikelola Koperasi Utama Sejahtera Mandiri Cilongok, Jumat (23/10).

Menurutnya, saat ini para pekerja gula kristal tengah mengejar produksi gula kelapa organik. Meski pasokan dari petani penderes berkurang.

Berkurangnya pasokan gula kelapa ini disebabkan cuaca yang memasuki musim hujan. Sehingga stok nira dan gula berkurang. Selain itu, jumlah penderes di wilayah Cilongok juga semakin berkurang.

"Total penderes tahun 2017 256 orang. Tahun 2020 kemarin turun di angka 150 orang lebih. Dari penderes saja kita kekurangan, pasokan gulanya sendiri otomatis berkurang," jelasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar, kata Tri, pihaknya mengambil bahan baku gula kristal dari daerah luar Kecamatan Cilongok. Meskipun untuk bahan baku nasih dibeli dari para pengepul gula cetak, pihaknya selalu mengecek secara teliti kualitasnya.

Dari pihak Yayasan Damandiri selaku pembina Koperasi Utama Sejahtera Mandiri Cilongok yang menaungi dapur komunal ini sudah berkomitmen untuk mengangkat komoditas gula kristal Cilongok, sehingga sangat menjaga kualitas. Tugas koperasi ini yaitu pembinaan dan edukasi kepada perajin gula kelapa untuk menjaga kualitas produksi.

"Memang kami fokus pada pemberdayaan di tingkat desa Cilongok, bukan sekadar bisnis. Koperasi ini diarahkan untuk menyejahterakan petani, meningkatkan pendapatan ekonominya, dan ketiga memajukan nama gula Cilongok agar lebih bagus lagi, karena sejarahnya gula (kristal) Cilongok memang sentra industri gula yang paling baik," kata Tri.

Lebih lanjut Tri Riyanto menjelaskan, saat ini industri pengolahan gula kristal organik sedang naik daun, karena kebutuhan pasar terus meningkat. Untuk penjualan, pihaknya mengemas per 10 kilogram yang dijual dengan harga Rp 24.000. Selain itu, pihaknya juga memproduksi gula kemasan guna membidik pasar ritel.

Dia menjelaskan, saat ini produksi gula kristal setiap harinya mencapai 500 kilogram. Untuk proses sortir, pengayakan hingga pengovenan, memakan waktu antara 4-5 jam. Lamanya proses pengovenan sangat bergantung pada kadar air dalam gula.

“Ada tiga pekerja yang memproduksi gula kristal ini, untuk pengayakan menggunakan mesin, begitu pula dengan proses pengovenan, sehingga tidak terlalu memakan waktu. Kita bisa memproduksi sampai 500 kilogram per hari,” tuturnya.

Dapur komunal sendiri, kata dia, merupakan konsep terpadu antara pertanian, peternakan, dan pengolahan gula. Berbagai usaha berdampingan di lokasi tersebut dan semua pekerja direkrut dari warga lokal, karena tujuan pendirian pabrik sejak awal adalah untuk mengangkat ekonomi masyarakat Desa Cilongok.

Dia menjelaskan, di sektor pertanian saat ini demplot tersebut juga mengembangkan tanaman vanili, melon dan semangka, juga sayuran seperti kangkung dan pokcoy. Untuk pihaknya mengembangkan budidaya lele, serta ternak kambing untuk diambil susunya.

"Saat ini jumlah anggota mencapai angka 300 orang. Seluruhnya merupakan warga Desa Cilongok. Sudah termasuk penderes," katanya.

1458