Jakarta, Gatra.com - Calon anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Unsur Pemangku Kepentingan, Agus Pramono dari kalangan industri, menyoroti Indonesia yang senang untuk mengekspor. Namun tidak bisa menghitung untuk keperluan dalam negeri sehingga harus ada impor. 

"Kita ini dalam sisi energi, produksi kita melebihi kebutuhan kita. Yang mana 64% diantaranya berupa batubara dan gas alam atau LNG (Liquefied natural gas) ini diekspor. Di sisi yang lain kita juga masih ada ekspor sekitar 10,9 juta ton equivalen minyak bumi," jelas Agus di muka sidang Komisi VII saat Fit and Proper Test, di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (11/11).

Agus juga menyoroti terkait impor yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan energi yang lain di dalam negeri. Bahkan Agus menyebut sebagai hal yang ironis karena ekspor yang diberlakukan seperti tidak memberikan dampak apapun. 

"Untuk kebutuhan energi, kita masih mengandalkan pasokan dari luar atau impor. Seperti misalnya BBM, kemudian minyak bumi itu sendiri dan juga LPG. Nah ini hal-hal yang menurut saya ironis begitu, di sisi lain kita bisa mempunyai kelebihan produksi, namun sisi lainnya kita masih ada ketergantungan sumber dari luar," ucapnya.

Untuk itu, Agus memberikan sedikit masukannya jika ia terpilih menjadi DEN. Ia berharap Indonesia bisa mandiri dan mengembangkan sumber daya yang ada. 

"Mencari alternatif yang lain, misalnya batubara bisa kita versifikasikan, ini bisa menggantikan atau mensubstitusi impor daripada LPG. Batubara kita versifikasi menghasilkan metanol dan metanol kita gunakan untuk memproduksi DME (Dimethyl Ether) dan DME bisa digunakan untuk mensubstitusi LPG impor," paparnya.

"Penggunaan energi nasional, harus semaksimal mungkin energi terbarukan, meminimalkan minyak bumi, mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan sumber energi baru. Lalu menggunakan energi nuklir sebagai alternatif terakhir," tandasnya.

Seperti dilihat dalam website DPR RI, dpr.go.id, ada 16 calon anggota DEN yang lolos dalam proses seleksi yang telah digelar oleh Kementerian ESDM. Yakni Agus Puji Prasetyono, Taufik, Musri, Supriyadi dari kalangan akademisi. Satya Widya Yudha, Abadi Poernomo, Herman Darnel Ibrahim, Agus Pramono dari kalangan industri.

Lebih lanjut, ada Daryatmo Mardianto, Eri Purnomohadi, Dina Nurul Fitria, dan Ibrahim Hasyim dari kalangan konsumen. Andhika Prastawa, dan As Natio Lasman dari kalangan teknologi, serta Yusra Khan dan Surono dari kalangan lingkungan hidup.